KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan
jasmani maupun rohani kepada Kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sampai selesai. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir
zaman Muhammad SAW.
Kami menyadari tersusunnya makalah
ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami sendiri, melainkan berkat bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Kami dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala
yang setimpal dan menjadikan amal sholeh bagi semua pihak yang telah turut berpartisipasi
dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amiin Ya Rabbal’alamin.
Muara
Bulian, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan Filosofis .......................................................... 3
B.
Aliran Dalam Landasan Filosofis
Pendikakan................................... 5
C.
Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan............................................ 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................... 11
B.
Saran-Saran......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas
arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau
cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu
pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik
perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
Pendidikan merupakan
bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi
lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti
merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju
kehidupan yang lebih berarti.
Mengingat hakikat pendidikan
adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para
pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu
landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi
terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Pandangan
klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat
menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk
memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer
pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer
nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai
prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan
ketiga tersebut memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer
of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan
demikian pendidikan dapat menjadihelper bagi umat manusia.
Landasan
Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya
dengan dunia pendidikan. Adapun cakupan landasan pendidkan adalah : landasan
hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan
psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai
landasan filsafat.
Terdapat
banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada
pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang
ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang
membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di
tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan
harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah
tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu
melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi:
1.
Apakah
pengertian landasan filosofis pendidikan.
2.
Apa
saja aliran filsafat dan bagaimana implikasinya terhadap pendidikan
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian landasan
filosofis pendidikan
2. Mengetahui berbagai aliran filsafat
dan implikasinya terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Landasan Filosofis
Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran
filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakahbependidikan itu ? Mengapa pendidikan
itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah).
Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasa Yunani, philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat
yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan
artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat
artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati
(Soetriono dan Rita Hanafi, 2007: 20).
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil
saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat yang diatas
permukaaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar
gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan
yang kritis. Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu
metafisika, epistimologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi
masing-masing sebagai berikut :
1) Metafisika ialah filsafat yang
meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Dalam
kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu :
(1)
Manusia
pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh, yang
lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu.
Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum
Idealis,Scholastik, dan bebrapa Realis.
(2)
Manusia
adalah organism materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis,
Materialis,Eksperimentalis, Pragmatis, dan bebrapa realism. Pendidikan adalah
untuk hidup,Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.
2) Epistemologi ialah filsafat yang
membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, Ada lima sumber
pengetahuan yaitu :
(1) Otoritas, yang terdapat dalam
ensiklopedi
(2) Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
(3) Intuisi yang berkaitan dengan
perasaan.
(4) Pikiran untuk menyimpulkan hasil
pengalaman.
(5) Pengalaman yan terkontrol untuk
mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
3) Logika ialah filsafat yang membahas
tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat
logika di harapkan manusia bisa berpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
4) Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku
manusia mengenai nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok
pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi
pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia,
anatara lain afeksi peserta didik. (Made Pidarta, 1997: 77-78).
Dalam filsafat terdapat empat teori kebenaran yaitu :
(1)
Koheren yaitu, sesuatu akan benar bila
konsisten dengan kebenaran umum
(2)
Koresponden,
sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta yang dijelaskan.
(3)
Pragmatisme, sesuatu
dipandang benar bila konsekuensinya ber manfaat bagi kehidupan.
(4)
Skeptivisme, kebenaran
dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
Kajian
yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat diatas, akan besar pengaruhnya
terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran– kebenaran hasil
kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan.
Peranan
filsafat dalam pendidikan tersebut berkaiatan dengan hasil kajian antara lain
tentang :
(1) Keberadaan dan kedudukan manusia
sebagai makluk di dunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoo
politicon ,homo sapiens ,animal educandum dan sebagainya.
(2) Masyarakat dan kebudayaanya.
(3) Keterbatasan manusia sebagai makluk
hidup yang banyak menghadapi tantangan.
(4) Perlunya landasan pemikiran dalam
pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
B.
Aliran
Dalam Landasan Filosofis Pendikakan
1.
Aliran
Idealisme
Menegaskan
bahwa hakekat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap
kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran
berfilsafat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah
sebagai kebenararan atau nilai sejati yang obsolut dan abadi.Terdapat variasi
pendapat beserta namanya masing-masing dalam aliran ini seperti spiritualisme,
rasionalisme, neokantianisme, dan sebagainya. Variasi itu antara lain
menekankan pada akal dan rasio pada rasionalisme atau sebaliknya pada ilham
untuk irasionalisme, dan lain-alain. Meskipun terjadi variasi pendapat
tersebut, namun pada umunya aliran itu menekankan bahwa pendidikan merupakan
kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten,
anatara lain melalui intropeksi dan tanya jawab. Oleh karena itu sebagai lembaga pendidikan,
sekolah berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan
kehidupan yang luhur.
2.
Aliran
Realisme
Realisme demikian aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai
sisi keping yang berbeda dari idealisme,hadir menjadi reaksi corak idealisme
yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen utama realisme adalah indra dan
terlepas dari asumsi pengetahuan yang di konstruksi akal pikir. Ini menjadi
pembeda tegas dengan idealisme yang justru lebih bepegang pada kondisi-kondisi
mental akal pikiran.
Selanjutnya
realisme agaknya di pengaruhi dua filsuf terkemuka,yaitu Franci Bacon
(1561-1626) dengan pemikirannya tentang metodologi induktif serta John Locke
tentang konsep akal-pikir jiwa manusia yang disebut “tabula rasa”,ruang kosong
tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi lingkungan.
3.
Aliran
Perenialisme
Istilah
“perenialisme”berasal dari bahasa latin,yaitu dari akar “perenis” atau
“perenial”(bahasa inggris)yang berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus
dari waktu ke waktu atau abadi. Maka, pandangan selalu memercayai mengenai
adanya nilai-nila,norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat
mendasarkan padaatuan,bukan mencerai-beraikan;menemukan persamaan-persamaan,
bukan membanding-bandingkan; serta memahami isi,bukan melihat luar atas
berbagai aliran dan Pemikiran. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan
bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan,
seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat
dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku
pendidik. Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran
konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
Perenialisme
menekankan keabadian teori kehikmatan yaitu :
·
Pengetahuan
yang benar (truth)
·
Keindahan
(beauty)
·
Kecintaan
kepada kebaikan (goodness)
Oleh
karena itu, dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perennial.
Prinsip
pendidikan antara lain:
(1)
Konsep
pendidikan itu bersifat abadi karena hakekat manusia tidak pernah berubah.
(2)
Inti
pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan makluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
(3)
Tujuan
belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal
(4)
Pendidikan
merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
(5)
Kebenaran
abadi itu diajarkan
melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subject).
4. Aliran Esensialisme
Esensialisme
kerap diungkapkan sebagai reaksi kedua terhadap progrevisisme tahun 1930-an.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang memiliki tata yang jelas.Idealisme dan realisme
adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dasar filosofi
esensialisme terutama memandang bahwa setiap jenis tertentu tidak lain
adalah entitas yang memiliki seperangkat karakteristik dan sifat yang bersifat
(given)atau terberikan sejak keberadaannya yang pertama kali. Esensialisme
berupaya untuk mengajar siswa dengan berbagai pengetahuan sejarah melalui mata
kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme juga bermaksud
menanamkan pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis
tradisional.Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan
yang berbeda dangan progresivisme.
Filsafat
pendidikan Esensialisme bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti
berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang
lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran yang esensial itu
ialah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman romawi yang menggunakan
buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin yang dikenal dengan nama Great
Book. Buku ini sudah berabad-abad lamanya mampu membentuk manusia
–manusia berkaliber internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan
suatu kebenaran yang esensial. Tokohnya antara lain Brameld.
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik
(liberal arts) atau bahan ajar esensial.
5. Aliran Pragmatisme dan progresivisme
Aliran progresivisme lahir di amerika, akhir abad 19
menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini bersifat sosiologi guna
menyebut gerakan sosial politik di amerika, ketika proses indrustrialisasi dan
urbanisasi menjadi gejala yang begitu massif. John dewey(1859-1952) adalah satu
tokoh yang kerap di pandang menjadi pelopor lahirnya aliran progrevisisme.
Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan
bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme,yang lebih banyak
terpusat pada eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan
investigasi-investigasi ilmiah sains modern yang memandang betapa pengalaman
selalu menjadi hal yang pokok dan utama. Dalam gerakan pendidikan
ini,sekolah-sekolah menjadi ruang yang benar-benar bebas gejala-gejala
indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
6. Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme termasuk filsafat pendatang baru.
Eksistensialisasi selalu menjadi pemikiran filsafat yang berupaya untuk agar
manusia menjadi dirinya,mengalami individualitas. Eksistensi berarti berdiri
sebagai diri sendiri. Aliran eksistensialisme terbagi dua sifat,yaitu
teistik(bertuhan)dan atteistik. Menurut eksistensialisme,ada dua jenis filsafat
tradisional,yaitu filsafat spekulatif dan filsafat skeptis.
Eksistensi membuat yang ada dan
bersosok jelas bentuknya,mampu berada,eksis. Oleh eksistensi,kursi dapat berada
di tempat. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri dan sadar akan
tanggung jawabnya di masa depan adalah inti eksistensialisme.
C. Implikasi
Landasan Filsafat Pendidikan
1.
Implikasi Bagi Guru
Apabila
kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat
pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercerminpada kompetensi seorang tukang.
2.
Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan
Tidaklah
berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori
tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan
karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan
salah satu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana diisyaratkan
pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau
kita terlibat dalam berbagi kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini maka
yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya.
3.
Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di
Indonesia
Pendidikan
di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian terhadap perlunya
filsafat pendidikan itupun baru muncul disana-sini belum terkoordinasi menjadi
suatu perhatian besar untuk segera mewujudkanya. Kondisi seperti ini tidak
terlepas dari kesimpangsiuran pandangan para pendidik terhadap pendidikan
itu sendiri,seperti telah diungkapkan di atas.
Ada suatu
hasil penelitian bertalian dengan hal di atas yang dilakukan oleh Jasin,
dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa PGSD, SI, S2, dan S3
IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Penelitian itu menemukan hal-hal sebagai berikut :
1)
Lebih
dari separo responden menginginkan penegasan
kembali pengertian pendidikan dan pengajaran.
2)
Hampir separo
responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu pendidikan kurang
dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli pendidikan menyatakan
pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
3)
Para
mahasiswa dan dosen berpendapat pendidikan adalah ilmu mandiri, sementara itu
hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah ilmu terapan.
4)
Semua responden menyatakan
kurang mengenal struktur ilmu pendidikan. Karena keragaman pandangan
di atas membuat responden terpecah menjadi sebagian mendukung pernyataan
guru tidak mendidik melainkan mengajar dan sebagian lagi menolak.
Dari hasil
penelitian tersebut di atas dapat ditarik sejumlah masalah bertalian dengan
ilmu pendidikan, yaitu :
(1)
Belum
jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.
(2)
Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan.
(3)
Ilmu
Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
(4)
Belum
jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
(5)
Struktur
ilmu pendidikan kurang dikenal.
(6)
Belum
jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
Keenam
masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya pendidikan
sebagai ilmu belum ditangani. Mulai dari pengertian, apakah sebagai ilmu
dasar atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan penerapannya pada
para calon guru dan guru-guru masih belum jelas. Kondisi ilmu pendidikan
seperti ini terjadi karena memang ilmu itu belum digali dan dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Filsafat membahas sesuatu dari segala
aspeknya yang mendalam sampai ke akar-akarnya, sedang kebenaran ilmu itu
bersifat relative, karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang diamati
dan hanya sebagian kecil saja.
b.
Untuk
mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid,
terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang
khusus membahas pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia.
c.
Di Indonesia belum punya teori tentang pendidikan guru
dan tenaga kependidikanyang bercorak Indonesia.
B. Saran-Saran
a. Makalah ini
merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah
kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
b. Kritik dan
saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syamsul. 2007. Landasan
Pendidikan. (http://www.wordpress.com/ syamsulbolg.html, diakses tanggal 12 Pebruari 2011).
Fadli,
2010, Landasan Filsafat Dalam Pendidikan,
(http://fadlibae.wordpress.com/ diakses tanggal 19 Pebruari 2011).
Pidarta, Made. 1997. Landasan
Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.
PTS Online. 2007. Pentingnya
Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan.(http://www.pts.co.id/filsafat.asp,
diakses tanggal 22 Pebruari 2011).
Setiawan, Muhammad. 2007. Filsafat
Pendidikan dan Implikasinya. RBI-Online.(www.rbi-online.com/filsafat-pendidikan-dan-implikasinya.html, diakses tanggal 17 Pebruari 2011).
Soetriono dan
SRDm Rita Hanafi, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta
: C.V Andi Ofset.
Landasan Filsafat
Pendidikan Di Indonesia
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق