الأربعاء، 23 نوفمبر 2016

MAKALAH Landasan Filosofi Pendidikan Abdatul Apipa




KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada Kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kami menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada  semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjadikan amal sholeh bagi semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin Ya Rabbal’alamin.


Muara Bulian,     Desember 2014 


Penulis




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................       i
DAFTAR ISI................................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................      1
B.      Rumusan Masalah.............................................................................      2
C.      Tujuan...............................................................................................      2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Landasan Filosofis ..........................................................      3
B.     Aliran Dalam Landasan Filosofis Pendikakan...................................      5
C.     Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan............................................      9

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................    11
B.     Saran-Saran.........................................................................................    11

DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya  hanya  apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
Mengingat hakikat pendidikan adalah  humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para  pendidik  perlu  memahami hakikat manusia sebagai salah  satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga tersebut memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadihelper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Adapun cakupan landasan pendidkan adalah : landasan hukum, landasan filsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai landasan filsafat.
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi:
1.      Apakah pengertian landasan filosofis pendidikan.
2.      Apa saja aliran filsafat dan bagaimana implikasinya terhadap pendidikan
C.    Tujuan
1.       Mengetahui pengertian landasan filosofis pendidikan
2.       Mengetahui berbagai aliran filsafat dan implikasinya  terhadap pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakahbependidikan itu ? Mengapa pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat  (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philien  berarti  cinta  dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi, 2007: 20).
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat yang diatas permukaaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis. Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika, epistimologi, logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1)      Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu :
(1)   Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum Idealis,Scholastik, dan bebrapa Realis.
(2)   Manusia adalah organism materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,Eksperimentalis, Pragmatis, dan bebrapa realism. Pendidikan adalah untuk hidup,Pendidikan berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.
2)      Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan  dan kebenaran, Ada lima sumber pengetahuan yaitu :
(1)      Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi
(2)      Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
(3)      Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
(4)      Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
(5)      Pengalaman yan terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
3)      Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia  berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat logika di harapkan manusia bisberpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
4)      Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik. (Made Pidarta, 1997: 77-78).
Dalam filsafat terdapat empat teori kebenaran yaitu :
(1)      Koheren yaitu, sesuatu akan benar bila konsisten dengan kebenaran umum
(2)      Koresponden, sesuatu akan benar bila ia tepat dengan fakta  yang dijelaskan.
(3)      Pragmatisme, sesuatu dipandang benar bila konsekuensinya ber manfaat bagi kehidupan.
(4)      Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada   kebenaran yang lengkap.
Kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat diatas, akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran– kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan.
Peranan filsafat dalam pendidikan tersebut berkaiatan dengan hasil kajian antara lain tentang :
(1)   Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makluk di dunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoo politicon ,homo sapiens ,animal educandum dan sebagainya.
(2)   Masyarakat dan kebudayaanya.
(3)   Keterbatasan manusia sebagai makluk hidup yang banyak menghadapi tantangan.
(4)   Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
B.     Aliran Dalam Landasan Filosofis Pendikakan
1.      Aliran Idealisme
Menegaskan bahwa hakekat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran berfilsafat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenararan atau nilai sejati yang obsolut dan abadi.Terdapat variasi pendapat beserta namanya masing-masing dalam aliran ini seperti spiritualisme, rasionalisme, neokantianisme, dan sebagainya. Variasi itu antara lain menekankan pada akal dan rasio pada rasionalisme atau sebaliknya pada ilham untuk irasionalisme, dan lain-alain. Meskipun terjadi variasi pendapat tersebut, namun pada umunya aliran itu menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten, anatara lain melalui intropeksi dan tanya jawab. Oleh karena itu sebagai lembaga pendidikan, sekolah berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan kehidupan yang luhur.
2.      Aliran Realisme
Realisme demikian aliran filsafat ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda dari idealisme,hadir menjadi reaksi corak idealisme yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen utama realisme adalah indra dan terlepas dari asumsi pengetahuan yang di konstruksi akal pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan idealisme yang justru lebih bepegang pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
Selanjutnya realisme agaknya di pengaruhi dua filsuf terkemuka,yaitu Franci Bacon (1561-1626) dengan pemikirannya tentang metodologi induktif serta John Locke tentang konsep akal-pikir jiwa manusia yang disebut “tabula rasa”,ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi lingkungan.
3.      Aliran Perenialisme
Istilah “perenialisme”berasal dari bahasa latin,yaitu dari akar “perenis” atau “perenial”(bahasa inggris)yang berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi. Maka, pandangan selalu memercayai mengenai adanya nilai-nila,norma-norma yang bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme merupakan aliran filsafat mendasarkan padaatuan,bukan mencerai-beraikan;menemukan persamaan-persamaan, bukan membanding-bandingkan; serta memahami isi,bukan melihat luar atas berbagai aliran dan Pemikiran. Dalam pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan pendidikan, serta kesetabilan dalam perilaku pendidik. Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
Perenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan yaitu :
·            Pengetahuan yang benar (truth)
·            Keindahan (beauty)
·            Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu, dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. 
Prinsip pendidikan antara lain:
(1)   Konsep pendidikan itu bersifat abadi karena hakekat manusia tidak pernah berubah.
(2)   Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan makluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
(3)   Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal
(4)   Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
(5)   Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subject).
4.      Aliran Esensialisme
Esensialisme kerap diungkapkan sebagai reaksi kedua terhadap progrevisisme tahun 1930-an. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang memiliki   tata yang jelas.Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dasar filosofi esensialisme terutama memandang bahwa setiap jenis tertentu  tidak lain adalah entitas yang memiliki seperangkat karakteristik dan sifat yang bersifat (given)atau terberikan sejak keberadaannya yang pertama kali. Esensialisme berupaya untuk mengajar siswa dengan berbagai pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme juga bermaksud menanamkan pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dangan progresivisme.
Filsafat pendidikan Esensialisme bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran yang esensial itu ialah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin yang dikenal dengan nama Great Book. Buku ini sudah berabad-abad lamanya  mampu membentuk manusia –manusia berkaliber internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu kebenaran yang esensial. Tokohnya antara lain Brameld. Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
5.      Aliran Pragmatisme dan progresivisme
Aliran progresivisme lahir di amerika, akhir abad 19 menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini bersifat  sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di amerika, ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu massif. John dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang menjadi pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi filsafat pragmatisme,yang lebih banyak terpusat pada eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan investigasi-investigasi ilmiah sains modern yang memandang betapa pengalaman selalu menjadi hal yang pokok dan utama. Dalam gerakan pendidikan ini,sekolah-sekolah menjadi ruang yang benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
6.      Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme termasuk filsafat pendatang baru. Eksistensialisasi selalu menjadi pemikiran filsafat yang berupaya untuk agar manusia menjadi dirinya,mengalami individualitas. Eksistensi berarti berdiri sebagai diri sendiri. Aliran eksistensialisme terbagi dua sifat,yaitu teistik(bertuhan)dan atteistik. Menurut eksistensialisme,ada dua jenis filsafat tradisional,yaitu filsafat spekulatif dan filsafat skeptis.
Eksistensi membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya,mampu berada,eksis. Oleh eksistensi,kursi dapat berada di tempat. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri dan sadar akan tanggung jawabnya di masa depan adalah inti eksistensialisme.

C.    Implikasi Landasan Filsafat Pendidikan
1.      Implikasi Bagi Guru
Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercerminpada kompetensi seorang tukang.
2.      Implikasi bagi Pendidikan Guru dan Tenaga Kependidikan
Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan salah satu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya.
3.      Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia baru dalam tahap perhatian. Perhatian-perhatian terhadap perlunya filsafat pendidikan itupun baru muncul disana-sini belum terkoordinasi menjadi suatu perhatian besar untuk segera mewujudkanya. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari kesimpangsiuran pandangan para pendidik  terhadap pendidikan itu sendiri,seperti telah diungkapkan di atas.
Ada suatu hasil penelitian bertalian dengan hal di atas yang dilakukan oleh Jasin, dan kawan-kawanya (1994), dengan responden para mahasiswa PGSD, SI, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Penelitian itu menemukan hal-hal sebagai berikut :
1)      Lebih dari separo responden menginginkan penegasan kembali pengertian pendidikan dan pengajaran.
2)      Hampir separo responden mahasiswa dan dosen berpendapat bahwa ilmu pendidikan kurang dikembangkan, sementara itu seperlima para ahli pendidikan menyatakan pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
3)      Para mahasiswa dan dosen berpendapat pendidikan adalah ilmu mandiri, sementara itu hampir sepertiga para ahli menyatakan ilmu pendidikan adalah ilmu terapan.
4)      Semua responden menyatakan kurang mengenal struktur ilmu pendidikan. Karena keragaman pandangan di atas membuat responden terpecah menjadi sebagian mendukung pernyataan guru tidak mendidik melainkan mengajar dan sebagian lagi menolak.
Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik sejumlah masalah bertalian dengan ilmu pendidikan, yaitu :
(1)      Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran.
(2)      Ilmu Pendidikan kurang dikembangkan.
(3)      Ilmu Pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru.
(4)      Belum jelas apakah ilmu Pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan.
(5)      Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal.
(6)      Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja.
Keenam masalah tersebut di atas menunjukan bahwa pendidikan, khususnya pendidikan sebagai ilmu belum ditangani.  Mulai dari pengertian, apakah sebagai ilmu dasar atau ilmu terapan, struktur ilmu itu, sampai dengan penerapannya pada para calon guru dan guru-guru masih belum jelas. Kondisi ilmu pendidikan seperti ini terjadi karena memang ilmu itu belum digali dan dikembangkan.



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam sampai ke akar-akarnya, sedang kebenaran ilmu itu bersifat relative, karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang diamati dan hanya sebagian kecil saja.
b.      Untuk mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid, terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia.
c.       Di Indonesia belum punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikanyang bercorak Indonesia.
B.     Saran-Saran
a.       Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
b.      Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syamsul. 2007. Landasan Pendidikan. (http://www.wordpress.com/ syamsulbolg.html, diakses tanggal 12 Pebruari 2011).

Fadli, 2010, Landasan Filsafat Dalam Pendidikan,  (http://fadlibae.wordpress.com/ diakses tanggal 19 Pebruari 2011).

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.

PTS Online. 2007. Pentingnya Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan.(http://www.pts.co.id/filsafat.asp, diakses tanggal 22 Pebruari 2011).

Setiawan, Muhammad. 2007. Filsafat Pendidikan dan Implikasinya. RBI-Online.(www.rbi-online.com/filsafat-pendidikan-dan-implikasinya.html, diakses tanggal 17 Pebruari 2011).

Soetriono dan SRDm Rita Hanafi, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta : C.V Andi Ofset.

Landasan Filsafat Pendidikan Di Indonesia

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق

WEB APLIKASI UNTUK SISWA ULANGAN ATAU TES

  KLIK DISINI UNTUK MENGGUNAKAN WEB APLIKASINYA terima kasih untuk guru hasil dari tes/ulangan siswa bisa dilihat di link bawah ini: https:/...