cari makalah yang lain: https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wOXc2YXNKRGI%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wNXc2YXRMVlg%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wM3c2YXRRb0M%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wOXc2YXNKRGI%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wMXc2YXhtYlI%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wMXc2YXhtYlI%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wN3c2YXh4eFE%3D, https://helloworld-i4ln6sgakq- an.a.run.app/ aHR0cCUzQSUyRiUyRnc5bm5sOS5jbi UyRjE2d29wN3c2YXh4eFE%3D
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada Kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kami menyadari
tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami sendiri,
melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Kami menghaturkan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT
memberikan pahala yang setimpal dan menjadikan amal sholeh bagi semua pihak
yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin Ya Rabbal’alamin.
Muara Bulian,
Desember 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR
ISI.............................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................... 1
B.
Rumusan masalah....................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Riwayat hidup dan karyanya..................................................... 2
B.
Filsafat Ibnu Tufail.................................................................... 3
C.
Kisah Hay bin Yaqadhan........................................................... 6
BAB
III PENUTUP DAN SARAN
A.
Penutup...................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemikiran seseorang tidak
akan lepas dari pengaruh zaman dan tempat dimana orang itu berada. Pengaruh
zaman dan tempat itu akan memberikan ciri khas atau corak dari pemikiran itu
sendiri.
Demikian pula dalam
sejarah filsafat. Meskipun pada dasarnya sumber filsafat adalah satu yaitu
rasio, namun, tidak pelak pemikiran
filosofis dari para filosof memiliki ciri dan karakter yang berbeda. Dapat
kita lihat bahwa telah terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara pemikiran
Al Ghazali dengan Ibnu Rusyd.
Makalah ini secara
spesifik ingin mengetahui ciri atau corak pemikiran salah satu filosof muslim
yang terkenal dengan roman filosofisnya: Hayy ibn Yaqzhan. Adalah ibnu
Thufail, seorang filosof muslim yang hidup pada masa khalifah Abu Ya’kub Yusuf,
Dinasti Al Muwahhid Spanyol.
Penulis berharap, adanya
makalah yang singkat ini dapat memberikan pengetahuan dan pencerahan bagi kita
semua. Amin.
B.
Rumusan Masalah
dari latar belakang diatas dapat
dirumuskan tentang Filsafat islam Menurut Pemikiran Ibnu Thufail
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat hidup dan karyanya
Nama lengkap Ibnu tufail
adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Abd Al Malik Ibnu Muhammad ibnu Muhammad Ibnu
Tufail. Lahir di Cadix, provinsi Grada sepanyol pada tahun 506/1110 M. Ia
termasuk dalam keluarga suku Arab terkemuka, Qais. Dalam bahasa lain ia terkenal
dengan Abu Bacer.
Sebagaimana Filosof Muslim
di masanya, Ibnu Tufail memiliki disiplin ilmu dalam berbagai bidang. Selain
terkenal sebagai filosof muslim yang gemar menuangkan pemikirannya dalam
kisah-kisah ajaib dan penuh dengan kebenaran, ia juga seorang dokter, ahli
matematika dan kesusastraan (penyair) dari dinasti Al-Muwahhid Spanyol. Ia
memulai kariernya sebagai dokter praktik di Granada.
Lewat ketenarannya sebgai
dokter ia diangkat menjadi sekretaris gubernur di provinsi itu. Kemudian, Ibnu
Thufail menjadi sekretaris pribadi Gubernur Cueta (Arab: Sabtah) dan Tangier
(Arab : Thanjah / Latin : Tanger) oleh putra Al Mukmin, penguasa Al Muwahhid
Spanyol. Selanjutnya menjadi dokter pemerintah dan sekaligus menjadi qadhi.
Pada masa Kholifah Abu
Ya’kub, Ibnu Thufail mempunyai pengaruh yang besar dalam pemerintahan. Disisi
lain, khlaifah sendiri memang seorang pecinta ilmu pengetahuan dan secara
khusus adalah peminat filsafat dan memberi kebebasan. Dari sini dapat kita
pahami bahwa transformasi filsafat dan keilmuan Ibnu Thufail dapat dilakukan
dengan mudah. Sikapnya itu menjadikan pemerintahannya sebagai pemuka
pikiran filosofis dan membuat spanyol seperti apa yang dikatakan R. Briffault,
yang dikutib Bakhtiar Husain Siddiqi dalam bukunya A History of Muslim
Philosophy sebagai “tempat kelahiran kembali negeri eropa”. Posisi ibnu
Thufail disini adalah pakar dalam pemikiran filosofis dan ilmiah.
Adapun Karier Ibnu Thufail
sebagai dokter berakhir pada tahun 587/1182 hijriah karena usianya yang sudah
lanjut. Dan ia menganjurkan kepada khalifah supaya muridnya, Ibnu Rusyd
menggantikan kedudukannya. Khalifah meluluskan permintaannya dan langsung mengangkat
Ibnu Rusyd sebagai dokter istana. Tapi dia tetap mendapatkan penghargaan dari
Abu Yaqub dan setelah dia meninggal pada tahun 581 H / 1185 M) di Marakesh
(Maroko) dan dimakamkan disana, Al-Mansur sendiri hadir dalam upacara
pemakamannya.
Adapun mengenai
karya-karyanya, Buku-buku biografi menyebut bahwa karangan ibnu Thufail
menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika,
kejiwaan dan lain sebagainya, disamping surat-surat yang dikirimkan kepada Ibnu
Rusyd. Namun karangan-karangan itu tidak sampai kepada kita kecuali risalah
Hayy bin Yaqadhan yang merupakan intisari pemikiran filsafat Ibnu Thufail.
Risalah ini ditulis atas
permintaan salah seorang kawannya untuk mengintisarikan filsafat timur. Karya
ini merupakan suatu kreasi yang unik dari pemikiran filsafatnya. Sebelumnya,
judul ini telah diberikan oleh ibnu Sina kepada salah satu bukunya. Demikian
juga nama tokoh dalam cerita itu. Bahkan, sebelum Ibnu Sina, kisah ini sudah
ada seperti kisah arab kuno, hunain ibnu Ishaq, Salman dan Absal, Ibnu Arabi.
Namun, ibnu Thufail berhasil menjadikan kisah ini menjadi kisah roman filosofis
yang unik.
Keunikan itu terlihat pada
ketajaman filosofisnya yang menandai kebaharuan kisah tersebut. Kisah ini
merupakan kisah paling asli dan indah pada abad pertngahan. Terbukti, baku ini
telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa seperti, Ibrani, Latin, Ingrgris,
Belanda, Prancis, Spanyol, Jerman dan lain-lain.
B. Filsafat Ibnu Tufail
Filsafat ibnu Thufail
merupakan pemikiran yang baru dalam filsafat islam yang belum pernah dilakukan
para filosof muslim sebelumnya. Terutama dalam hal pembuktian adanya tuhan.
Penjabaran yang diberikan ibnu Thufail cukup gamlang dan dapat dipahami oleh
nsemua golongan orang. Berbeda dengan Ibnu Sina. Pembagian wajib al wujud
min ghairih dan mumkin al wujud bi dzatihi, seperti yang
dikatakan Prof. Dr. H . Sirajudin Zar, yang dikutib dari Muhammad Athif Al
Iraqiy, agak membingungkan. Karena dalam konsep Wajib ada unsur mumkin.
Secara umum, pemikiran
filsafat ibnu Thufail dapat kita lihat dalam karyanya: Hay Ibnu Yaqhan.
Roman Filsafat itu menggambarakan orang yang mempunyai akal fikiran sebagai
fitroh bagi setiap manusia. Absal merupakan orang yang berilmu dan beragama
islam, dimana ilmunya telah dilengkapi dengakan wahyu. Sedangkan salman
menggambarkan tentang masyarakat
Sebagaimana diketahui,
Ibnu Thufail tidak merasa puas dengan filsafat Al Ghazali untuk mencari
kebahagiaan dan kebenaran tuhan, tetapi lebih cendrung kepada perenungan
fikiran sebagaimana dilakukan Al Farabi. Ibnu Thufail termasuk pengikut aliran
Kontemplatif filsafat arab yang disebut isyrok, suatu teori neo platonisme kuno
dan dekat dengan aspirasinya kepada mistik modern. Menurut Amir Ali,
sebagaimana dikutip oleh Muslim Ishak dalam buku Tokoh-tokoh Filsafat Islam
Dari Barat, Filsafat Kontemplatif Ibnu Thufail tidak didasarkan atas exsaltasi
mistik, tetapi atas suatu mode yang mana intuisi digabungkan dengan pencarian
akal. Hal ini dapat dilihat sebagaimana dalam kisah Hay, dimana, akal memiliki
perkembangan yang berngsur-angsur dan berturut-turut dari seseorang yang tidak
mendapat asupan pendidikan dari luar.
1.
Metafisika (Ketuhanan)
Seperti para filosof
sebelumnya, ibnu Thufail memulai filsafatnya dengan filsafat ketuhanan. Dalam
membuktikan adanya tuhan ibnu Thufail mengemukakan tiga argument sebagai
berikut:
a.
Argumen Gerak
b.
Argumen Materi
c.
Argumen Alghaiyyat dan Al-inayat
al ilahiyat
2.
Fisika
Pada pembahasan sebelumnya
telah disinggung mengenai golongan yang mengakui bahwa alam itu baru atau
mereka yang mengakui alam itu kadim. Mengenai alam ini, Ibnu Thuifail merupakan
penganut keduanya. Ia mempercayai bahwa alam itu baharu sekaligus alam itu kadim.
Alam itu kadim, menurut Ibnu Thufail, karena ia diciptakan sejak azali, tanpa
di dahului zaman. Alam disebut baru karena ia membutuhkan dan bergantung
pada Dzat Allah.
Ibnu Thufail mencontohkan,
ketika seseorang menggenggam suatu benda, kemudian ia gerakkan benda tersebut,
maka benda itu mesti bergerak mengikuti gerak tangan orang tersebut. Gerakan
benda tersebut tidak terlambat dari segi zaman dan hanya terlambat dari segi
zat. Demikian alam ini, keseluruhan merupakan akibat dan diciptakan Allah tanpa
zaman.
3.
Jiwa
Jiwa menurut Ibnu Thufail adalah makhluk yang tertinggi martabatnya.
Manusia Terdiri dari dua Unsur yakni jasad dan roh (al-madat al ruh).
Badan tersusun dari unsur-unsur sedangkan jiwa tidak. Jiwa bukan jisim dan
bukan pula sesuatu yang ada didalam jisim. Setelah badan hancur atau mengalami
kematian, jiwa lepas dari badan, dan selanjutnya jiwa yang pernah mengenal
Allah yang berada di dalam jasad akan hidup dan kekal.
Jiwa terdiri dari tiga tingkat: jiwa tumbuhan (an-nafs al nabawiyat),
jiwa jiwa hewan dan jiwa manusia. Ketiga jiwa tersebut merupakan sebuah
tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu jiwa manusia. Dalam
menjabarkan hal ini, Ibnu Thufail kemudian mengelompokkan jiwa hubungannya
dengan Allah kedalam tiga golongan:
a. Jiwa yang sebelum mengalami kematian jasad telah mengenal Allah, mengagumi
kebesaran dan keagungannya, dan selu ingat kepadanya, maka jiwa seperti ini
akan kekal dalam kebahagiaan.
b. Jiwa yang mengenal Allah Namun bermaksiat, akan abadi dalam kesensaraan.
c. Jiwa yang tidak mengenal allah sealam Hidupnya, akan berakhir seperti
hewan.
Dalam hal ini, Sirajudin Zar dalam buku Filsafat Islam berkomentar:
“Agaknya Ibnu Thufail meletakkan tanggung jawab manusia dihadapan Allah
atas dasar pengetahuannya tentang Allah. Orang yang tahu kepada Allah dan
menjalankan kebaikan, akan kekal dalam kebahagiaan”.
4.
Epistimologi
Ibnu Thufail mengatakan, seperti tersirat dalam kisah Hay Ibnu Yaqdan,
Bahwa makrifat dimulai dari panca indra. Hal yang bersifat metafisis dapat
diketahui dengan akal dan intuisi. Makrifat dapat dilakukan dengan dua cara:
pemikiran atau renungan akal seperti yang dilakukan filosof muslim; dan tasawuf
seperti yang dilakukan oleh kaum sufi. kesesuaian antara nalar dan intuisilah
yang membentuk epistimologi Ibnu Thufail.
Menurut Ibnu Thufail, Ma’rifat dengan tasawuf dapat dilakukan dengan
latihan-latihan rohani dengan penuh kesungguhan. Semakin tinggi latihan itu,
maka semakin jelas dan hakikat semakin tersingkap.
5. Rekonsiliasi antara Filsafat dan Agama
Hubungan filsafat dan agama yang dikemukakan oleh Ibnu Tufail adalah
filsafat sebagai bagian kebenaran yang esoteris hanya diperuntukkan bagi
orang-orang terbatas yang memiliki kemampuan untuk memahami
pengetahuan-pengetahuan murni. Semantara masyarakat kebanyakan cukup dengan
agama dalam makna literalnya. Agama dalam pengertian seperti ini diperuntukkan
bagi semua orang, tetapi filsafat hanya bagi orang-orang yang berbakat yang
sedikit jumlahnya. Agama diperuntukkkan bagi orang-orang awam karna mereka tidak
memiliki kemampuan untuk keluar dari sebatas penjelasan-penjelasan lahiriah
agama.
C. Kisah Hay bin Yaqadhan
Kisah Hay merupakan cara
khusus yang dipakai oleh Ibnu Thufail untuk menjelaskan filsafatnya.
Sebagaimana dikatakan dimuka, penulisan kisah ini merupakan jawaban atas
permintaan temannya yang ingin mengetahui hikmah ketimuran. Adapun ringkasan
kisah tersebut sebagai mana ditulis oleh Ahmad hanafi dalam bukunya Pengantar
Filsafat Islam sebagai berikut:
Seorang anak tinggal di
sebuah pulauyaitu Hayy ibn Yaqadhan, ia disusui dan di asuh oleh seokor rusa.
Ketika sudah besar ia mempunyai hasrat yang kuat untuk mengetahui dan
menyelidiki tentang sesuatu yang tidak dapat dimengerti olehnya. Ia menyadari
hewan-hewan mempunyai pakain alami dan alat pertahan bagi dirinya, sedang ia
telanjang dan tidak bersenjata. Oleh karena itu, ia menutup dirinya
pertama-tama denga kulit hewan yang telah mati serta memakai tongkat sebagai
alat pertahanan diri. Lambat laun ia mengenal kebutuhan hidup yang lain,
mengetahui cara memakai api, manfaat bulu, tahu menenun dan akhirnya membangun
gubuk sebagai tempat berteduhnya.
Dalam pada itu rusa
pengasuhnya semakin lama semakin tua dan akhirnya mati. Pikiran manusia yang
serba hedak ingin tahu itu, ingin mengetahui sebab terjadinya perubahan besar
pada rusa itu. untuk itu ia membedah salah satu bagian tubuh dari hewan
tersebut, dan dengan cermatnya ia menyelidiki bagian bagia tubuhnya. Kemudian
ia berkesimpulan bahwa jantung merupakan pusat bagi anggota tubuh.
Sesudah itu ia mempelajari
bahan-bahan logam, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang terdapat di pulau
kediamannya, mempelajari suara yang bermacam-macam dan menirukannya pula.
Kemudian ia mempelajari gejala-gejala di angkasa, dan karena tertarik oleh
keragaman yang terdapat pada alam maka ia berusaha untuk menemukan keseragaman
pada kesemuanya.
Akhirnya ia memastikan
bahwa dibalik keanekaragman itu tentu ada keseragaman dan kekuatan yang
tersembunyi dan ganjil, suci dan tidak terlihat. Ia menyebutnya “sebab pertama
atau pencipta dunia”. Kemudian ia merenungkan dirinya sendiri dan alat yang
dipakai untuk memperoleh pengetahuan. Kemudian arah penyelidikannya berubah
menjadi perenungan terhadap dirinya sendiri. akhirnya ia menemukan unsur-unsur
pertama atau substansi pertama, susunannya, benda, bentuk, dan akhirnya
jiwa dan keabadiannya.
Dengan memperhatikan
aliran air dan menyusuri sumbernya sampai kepada suatu sumber air yang memamcar
dan melimpah sebagai sungai, maka ia terbimbing untuk mengatakan bahwa manusia
juga mesti mempunyai suatu sumber bersama.
Selanjutnya ia merenungkan
tentang langit, gerakan bintang-bintang, peredaran bulan dan pengaruhnya atas
bumi. Ia kemudian menemukan garis pemikirannya sendiri dan menjahui pembunuhan
hewan-hewan, kemudian ia sudah puas dengan makan buah-buahan yang masak dan
tumbuh-tumbuhan dan hanya dalam keadaan terpaksa ia memakan daging hewan.
Dari sini ia beralih dari
hanya sekedar pengamat alam menjadi sorang yang mencari tuhan, dan sebagai
ganti dari mencari pengetahuan dengan mengetahui dalil-dalil dan kesimpulan
logika, atau dengan perkataan lain, pengetahuan obyektif, kemudian ia tenggelam
dalam perenungan rohani. Ia memandang keseluruhan alam semesta sebagai pantulan
(refleksi) dari satu tuhan, dan selanjutnya ia senang melakukan ekstasi (semedi).
Didekat pulau yang
didiaminya itu, terdapat suatu pulau lain dan seorang pandai yang bernama Absal
yang secara kebutulan berkunjung kepulau tempat kediaman Hay. Ia bertemu dengan
Hay dan mengajarkan bahsa kepadanya.
Melaui informasi yang
diperoleh dari Absal, Hay menyadari bahwa metode filsafi yang ia miliki telah
membawa dirinya ke tingkat ma’rifat yang sejalan dengan ajaran agama. Ia pun
tahu bahwa orang yang membawa keterangan-keterangan dan ucapan yang benar itu
adalah Rosul dan ia percaya kepadanya dan mengakui kerasulannya. Sebaliknya Hay
juga menjelaskan pengalamannya dengan Allah kepada Absal.
Ketika keduanya
mebandingkan pikirannya, dimana yang satu belajar dari alam, dan yang satunya
adalah filosofis dan pemeluk agama, ternyata keduanya memiliki simpulan yang
sama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Ibnu Thufail Merupakan
salah seorang filosof muslim yang memiliki corak pemikiran yang berbeda yang
tidak dimiliki oleh filosof sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari corak
filsafatnya, terutama dalam membuktikan eksistensi tuhan
2. Dalam berfilsafat, meskipun Ibnu Thufail mengakui bahwa tanpa wahyu akal
bisa mencapai tuhan, Ibnu Thufail tidak menafikan wahyiu sebagai salah satu
sumber pengetahuan tidak menuhankan akal secara mutlak. Ia masih mengakui
adanya peran wahyu.
3.
Keselarasan antara peran
akal dan wahyu merupakan inti dari filsafat Ibnu Thufail
DAFTAR PUSTAKA
Sirajuddin Zar (Filsafat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007)
Mustofa, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h.
272
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990)
hal. 161
Muslim Ishak, Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat, (Bina Ilmu:
surabaya), hal. 40.
Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh filsuf Muslim pembuka Pintu Gerbang Filsafat
Barat dan Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal 179.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق