الأحد، 20 نوفمبر 2016

Makalah daya pembeda



KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada Kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.

Kami menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada  semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjadikan amal sholeh bagi semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin Ya Rabbal’alamin.


Muara Bulian,     Oktober 2014  


Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................       i
DAFTAR ISI................................................................................................      ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................      1
B.      Rumusan Masalah.............................................................................      2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Daya Pembeda...................................................................................      3
B.     Penilaian Acuan Patokan (PAP).........................................................      8
C.     Penilaian Acuan Norma (PAN)..........................................................    10

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.........................................................................................    12

DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
       Evaluasi pembelajaran adalah sistem. Artinya suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur sebagai satu kesatuan. Masing-masing unsur mempunyai fungsi dan peran tersendiri dan perubahan dalam salah satu unsur akan berpengaruh pada unsur yang lainnya. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dan sama pentingnya dengan proses pembelajaran.
Pembelajaran tanpa kegiatan evaluasi akan kehilangan makna. Sebab guru tidak akan memperoleh informasi penting tentang tingkat pencapaian tujuan, tingkat penguasaan materi belajar, kekuatan, kelemahan siswa dalam belajar, serta kekuatan-kelemahan guru dalam proses pembelajaran yang dikembangkan. Walaupun evaluasi dianggap penting dan sudah merupakan pekerjaan rutin guru, namun dalam kenyataan sehari-hari di lapangan sistem evaluasi dalam pembelajaran bukan berarti tanpa persoalan. Berdasar pengamatan sepintas di lapangan, beberapa persoalan tersebut paling tidak berkaitan dengan pemahaman konsep dasar evaluasi, pelaksanaan dan pemanfaatannya, serta evaluasi program pengajaran.
Dalam proses pembelajaran ada tiga komponen utama yang merupakan satu kesatuan, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya.
Dalam melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (muridnya, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang sebagai mana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=item, tes). Dalam aplikasinya mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dalam hal untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan yaitu bagaimana memahami tentang daya pembeda dan pemberian skor dan sistem penilaian serta teknik pengelolahan skor hasil belajar









BAB II
PEMBAHASAN
A.     Daya Pembeda
      Daya pembeda (DP) dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara test yang mengetahui jawaban yang benar dari soal tersebut dengan test yang tidak mengetahui jawaban yang benar dari soal tersebut atau dengan kata lain daya pembeda dapat membedakan antara testi yang kurang pintar dan testi yang pintar. Pengertian ini didasarkan pada asumsi dari Galton yang menyatakan bahwa perangkat alat test yang baik haruslah dapat membedakan antara siswa yang pandai, menengah (rata-rata), dan yang kurang pandai, karena dalam kelas siswa biasanya terdiri dari ketiga kategori tersebut.
      Daya pembeda suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminasi yang bernilai antara -1.00 s.d 1.00. Dengan ketentuan bila indeks diskriminasi mendekati 1.00, maka daya pembeda soal tersebut semakin baik, dan apabila indeks diskriminasi mendekati 0.00, maka daya pembeda soal semakin jelek. Dan bila indeks diskriminasi bernilai negatif, maka kelompok siswa kurang pandai dapat menjawab soal tersebut dengan benar dan banyak siswa pandai yang menjawab salah. Kemudian soal yang mempunyai derajat pembeda 0.00 mempunyai arti bahwa soal tersebut tidak mempunyai daya pembeda, atau dengan kata lain soal tersebut tidak dapat member informasi kepada kita siswa mana yang termasuk pandai, menengah dan kurang pandai.
      Rumus untuk menentukan daya pembeda soal objektif (PG) adalah sebagai berikut:
DP =          atau     DP =
Dengan :    DP       : Daya Pembeda
                  JBA     : Jumlah benar kelompok atas
                  JBB     : Jumlah benar kelompok bawah
                  JSA     : Jumlah siswa kelompok atas
                  JSB      : Jumlah siswa kelompok bawah


Sedangkan untuk soal subjektif (uraian) adalah
DP =
Dengan :    DP       : Daya Pembeda
                  XBA   : Jumlah skor untuk kelompok atas
                  XBB    : Jumlah skor untuk kelompok bawah
                  SMI     : Skor maksimal ideal
                  JSA     : Jumlah siswa kelompok atas
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang umumnya digunakan adalah
        DP≤0.00 : sangat jelek
0.00<DP≤0.20       : jelek                               
0.20<DP≤0.40      : cukup
0.40<DP≤0.70      : baik
0.70<DP≤1.00      : sangat baik
      Sebelum menghitung daya pembeda, terlebih dahulu kita harus mengurutkan skor dari yang tertinggi sampai yang terendah. Setelah itu kita akan membagi kelas tersebut menjadi 3 kelas, yakni kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Karena jumlah testi yang diambil lebih dari 30 orang, maka untuk menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing diambil 27% dari jumlah testi (subjek). Pada laporan ini terdapat testi sebanyak testi sebanyak 43 orang, sehingga kami menempatkan 12 orang siswa di kelompok atas dan 12 orang di kelompok bawah.
·                     Daya Pembeda tes objektif (PG)
Skor terurut hasil tes pilihan ganda siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Kelompok atas
Subjek
Nomor soal
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
19
2
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
16
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
16
10
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
16
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
15
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
15
29
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
14
6
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
13
7
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
13
18
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
13
5
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
12
17
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
12

Kelompok bawah
Subjek
Nomor soal
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
40
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
8
43
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
8
15
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
7
25
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
7
27
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
7
33
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
7
34
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
7
36
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
7
38
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
7
41
1
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
7
20
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
6
39
0
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5

Berdasarkan tabel di atas diperoleh DP untuk tes objektif (PG) sebagai berikut:
      Untuk soal nomor 1, didapat bahwa JBA = 9 dan JBB = 5, maka daya pembeda untuk butir soal nomor 1 adalah : DP = . Karena derajat pembeda (DP) untuk soal nomor 1 bernilai 0.33, maka soal tersebut masuk ke dalam kategori cukup. Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh derajat pembeda dari setiap butir soal. Berikut tabel derajat pembeda untuk tes objektif (PG).
Nomor soal
JBA
JBB
Daya Pembeda (DP)
Klasifikasi
1
9
5
0.33
Cukup
2
12
11
0.08
Jelek
3
12
8
0.33
Cukup
4
9
1
0.67
Baik
5
11
9
0.17
Jelek
6
10
5
0.42
Baik
7
6
2
0.33
Jelek
8
11
4
0.58
Baik
9
12
2
0.83
Sangat Baik
10
9
4
0.42
Baik
11
3
3
0.00
Sangat Jelek
12
10
1
0.75
Sangat Baik
13
12
10
0.17
Jelek
14
6
2
0.33
Cukup
15
9
1
0.67
Baik
16
3
0
0.25
Cukup
17
9
6
0.25
Cukup
18
11
9
0.17
Jelek
19
7
0
0.58
Baik
20
3
0
0.25
Cukup

·                     Daya pembeda butir soal subjektif (uraian)
Skor terurut hasil tes uraian siswa kelompok atas dan kelompok bawah
Kelompok atas
Subjek
Nomor soal
Total
1.a
1.b
1.c
2.a
2.b
2.c
1
2
2
4
2
2
3
15
2
2
0
4
2
2
3
13
3
1
1
4
2
2
3
13
4
2
0
4
2
2
3
13
5
2
2
1
2
2
3
12
8
2
2
1
2
2
3
12
15
2
2
1
2
2
3
12
9
2
2
0
2
2
3
11
16
2
2
0
2
2
3
11
20
2
1
3
1
1
3
11
14
2
1.5
0
2
2
3
10.5
13
1
2
0
2
2
3
10

Kelompok bawah
Subjek
Nomor soal
Total
1.a
1.b
1.c
2.a
2.b
2.c
39
0
0
1
1
1
2
5
31
2
2
0
0
0
0
4
35
2
0
0
1
1
0
4
38
1
0
0
1
1
1
4
28
1
0
0
1
1
0
3
41
1
0
0
1
0.5
0
2.5
37
1
0
0
0
1.5
0
2.5
32
1
0
0
0
1
0
2
40
2
0
0
0
0
0
2
29
1
0
0
0
0
0
1
43
1
0
0
0
0
0
1
42
0.5
0
0
0
0
0
0.5

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh DP untuk soal subjektif (uraian) sebagai berikut :
      Untuk soal nomor 1.a, didapat bahwa XBA = 22, XBB = 13.5, dan SMI = 2, maka daya pembeda untuk butir soal nomor 1.a adalah : DP = . Karena derajat pembeda (DP) untuk soal nomor 1.a bernilai 0.35, maka soal tersebut masuk ke dalam kategori cukup. Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh derajat pembeda dari setiap butir soal tes subjektif. Berikut tabel derajat pembeda untuk tes subjektif (uraian).
Nomor soal
XBA
XBB
SMI
Daya Pembeda (DP)
Klasifikasi
1.a
22
13.5
2
0.35
Cukup
1.b
17.5
2
2
0.65
Baik
1.c
22
1
4
0.44
Baik
2.a
23
5
2
0.75
Baik
2.b
23
7
2
0.67
Baik
2.c
36
3
3
0.92
Sangat Baik

Sebelum membahas pengelolaan skor kita buat perumpamaan terlebih dahulu. Terdapat 60 item soal pilihan ganda pelajaran bahasa Arab, tiap item yang benar berbobot 1. Skor mentah yang diperoleh 20 siswa adalah 32, 36, 27, 50, 22, 34, 35, 37, 43, 17, 21, 42, 46, 32, 31, 28, 57, 57, 54, 51.
Prosedur yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut:
a.       Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai jika semua item dapat dijawab dengan benar. Skor ideal diperoleh dengan jalan menghitung jumlah item yang diberikan serta bobot dari tiap-tiap item.
Dari contoh diatas diketahui skor idealnya adalah 60
b.      Mencari rata-rata ideal (id) dengan rumus:
 = ½ x skor ideal      =  ½  x  60  =  30
c.       Mencari deviasi (SD) ideal dengan cara:
SD =  1/3  x    SD =  1/3  x  30 = 10


d.      Menyusun kebutuhan konversi sesuai dengan yang dibutuhkan.
Adapun pedoman konversi dengan adalah:
+ 1,5  (SD)     = 30 + 1,5 x 10 =  45 = A
+ 0,5  (SD)     = 30 + 0,5 x 10 =  35 = B
-  0,5  (SD)     = 30 -  0,5 x 10 =  25 = C
-  1,5  (SD)     = 30 -  1,5 x 10 =  15 = D
Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa siswa yang mendapat skor 45 – 60 mendapat nilai A, 35 – 44 = B, 25 – 34 = C, 15 – 24 = D, 0 – 14 = E.
Pemberian nilai dengan menggunakan huruf disesuaikan dengan huruf yang terdapat dalam urutan abjad. Huruf tidak hanya menunjukkan kuantitas, tetapi dapat juga digunakan sebagai simbol untuk menggambar kualitas.
skoangka
Nilai huruf
predikat
50
37
33
22
5
A
B
C
D
E
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor terjabar dalam skala 1 – 10 dapat digunakan ketentuan-ketentuan berikut:
+  2,25 (SD) = 10  = 30 + 2,25 x 10 = 53 = 10
+  1,75 (SD) = 9    = 30 + 1,75 x 10 = 48 = 9
+  1,25 (SD) = 8    = 30 + 1,25 x 10 = 43 = 8
+  0,75 (SD) = 7    = 30 + 0,75 x 10 = 38 = 7
+  0,25 (SD) = 6    = 30 + 0,25 x 10 = 33 = 6
- 0,25 (SD) = 5      = 30 -  0,25 x 10 = 28 = 5
- 0,75 (SD) = 4      = 30 -  0,75 x 10 = 23 = 4
- 1,25 (SD) = 3      = 30 -  1,25 x 10 = 18 = 3
- 1,75 (SD) = 2      = 30 -  1,75 x 10 = 13 = 2
- 2,25 (SD) = 1      = 30 -  2,25 x 10 =  8  = 1
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang mendapat skor 53 – 60 mendapat nilai 10, 48 – 52 = 9, 43 – 47 = 8, 38 – 42 = 7, 33 – 37 = 6, 28 – 32 = 5, 23 – 27 = 4, 18 – 22 = 3, 13 – 17 = 2, 8 – 12 = 1, dan skor dibawahnya 0.
Bila kita ingin agar skala tersebut lebih halus yakni ada nilai diantara nilai-nilai tersebut, seperti 9,5; 8,5; 7,5 dan seterusnya, kita bisa memperkecil jarak antar skala-skala itu. Diantara 2,25 (SD) dan 1,75 (SD) dapat ditempatkan 2,00 (SD) yang ekuivalen dengan nilai 9,5. Diantara 1,75 (SD) dan 1,25 (SD) dapat ditempatkan 1,50 (SD) yang ekuivalen dengan nilai 8,5 dan begitu seterusnya.
Pengolahan skor mentah menjadi skor Z ini sering kali dirasakan perlunya karena dengan hanya melihat skor mentah saja kita belum dapat memberikan tafsiran yang baik dan tepat. Dengan menggunakan rata-rata   dan SD kita dapat menjabarkan atau mengubah skor-skor yang diperoleh menjadi skor Z
Penilaian acuan norma menskor peserta didik dengan membandingkan hasil belajar satu peserta dengan hasil peserta lainnya dalam satu kelompok kelas. Contoh diketahui 20 siswa mengikuti ujian akhir semester mata pelajaran bahasa Arab memperoleh skor mentah sebagai berikut:
32,     36,      27,       50,       22,      
34,     35,      37,       43,       17,
21,     42,       46,       32,       31,
28,     57,       57,       54,       51.
            Penyelesaian nilai peserta didik dengan pendekatan PAN:
1.            Menyusun skor terkecil hingga terbesar
17,     21,         22,       27,       28,
31,     32,         32,       34,       35,
36,     37,         42,       43,       46,
50,     51,         54,      57,       57.
a.              Mencari rentangan (range) yaitu skor terbesar dikurangi skor terkecil
57 – 17 = 40
b.              Mencari banyak kelas interval
Banyak kelas     = 1 + (3,3) log n
                                    = 1 + (3,3) log 20
                                    = 1 + (3,3) (1,3010)
                                    = 1 + 4,2933 = 5,2933
                                    = 6 (dibulatkan)
                             
c.              Mencari interval kelas
Interval    =           =   =  6,666 = 7 (dibulatkan)
d.             Menyusun daftar distribusi frekuensi

Kelas interval
tabulasi
frekuensi
52 - 58
III
3
45 - 51
III
3
38 - 44
II
2
31 - 37
IIIIIII
7
24 - 30
II
2
17 - 23
III
3
Jumlah
20


2.            Menghitung rata-rata actual
Interval kelas
Frekuensi (f)
Nilai tengah (Nt)
(f.Nt)
f.Nt2
52 – 58
3
55
165
9075
45 – 51
3
48
144
6912
38 – 44
2
41
82
3362
31 – 37
7
34
238
8092
24 – 30
2
27
54
1458
17 – 23
3
20
60
1200
Jumlah


743
30099

3.            Menyusun pedoman konversi
Pedoman konversi yang digunakan sama dengan PAP, hanya berbeda pada penghitungan rata-rata () dan simpangan baku (SD).






BAB III

Daya pembeda (DP) dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara test yang mengetahui jawaban yang benar dari soal tersebut dengan test yang tidak mengetahui jawaban yang benar dari soal tersebut atau dengan kata lain daya pembeda dapat membedakan antara testi yang kurang pintar dan testi yang pintar. Pengertian ini didasarkan pada asumsi dari Galton yang menyatakan bahwa perangkat alat test yang baik haruslah dapat membedakan antara siswa yang pandai, menengah (rata-rata), dan yang kurang pandai, karena dalam kelas siswa biasanya terdiri dari ketiga kategori tersebut.
1.      Teknik Pengolahan Data Hasil Evaluasi dengan cara diantaranya sebagai berikut:
a.              Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
b.              Mengolah skor mentah menjadi skor standart 1-10
c.              Mengolah skor mentah menjadi skor standart Z dan T
2.      Pedoman konversi yang digunakan PAP dan PAN sama, hanya berbeda pada penghitungan rata-rata () dan simpangan baku (SD).
3.      Dalam memberikan peringkat siswa, menggunakan prosedur z-score akan lebih evektif dan jauh dari kemungkinan terjadinya ketidak adilan dibandingkan dengan memberikan peringkat dengan menjumlah skor keseluruhan saja.








Arifin, Zainal, 1991. Evaluasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Mudjijo. 1995. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق

WEB APLIKASI UNTUK SISWA ULANGAN ATAU TES

  KLIK DISINI UNTUK MENGGUNAKAN WEB APLIKASINYA terima kasih untuk guru hasil dari tes/ulangan siswa bisa dilihat di link bawah ini: https:/...