KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada
Kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kami
menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami
sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Kami menghaturkan
ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga
Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjadikan amal sholeh bagi semua
pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin Ya Rabbal’alamin.
Muara Bulian Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI.............................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Isu-Isu Aktual................................................................ 3
B. Kontemporer.................................................................................... 3
C. Isu-Isu Aktual dan Kontemporer Pendidikan
Islam Pada-
Madrasah dan Sekolah Umum......................................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Istilah pendidikan Islam dipergunakan dalam dua hal, yaitu:
satu, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk menanamkan
nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa. Dua, keseluruhan lembaga
pendidikan yang mendasarkan segenap program dan kegiatannya atas pandangan dan
nilai-nilai Islam. Apakah problematika Pendidikan Islam di Indonesia dewasa
ini? Salah satu cara adalah melihat pendidikan Islam di Indonesia sebagai
bagian dari seluruh jenis pendidikan yang ada dan kemudian mengkaji persoalan
terdapat dalam dunia pendidikan Islam.
Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini ialah
bagaimana mempersiapkan generasi muda, agar memiliki kemampuan di kemudian hari
untuk menjawab segenap tantangan yang mereka hadapi secara memadai.
Lembaga pendidikan Islam (pesantren, madrasah, sekolah dan
perguruan tinggi Islam) mempunyai misi penting yaitu mempersiapkan generasi
muda ummat Islam untuk ikut berperan bagi pembangunan ummat dan bangsa di masa
depan. Pentingnya misi lembaga pendidikan Islam ini disebabkan karena
hampir seratus persen siswa atau mahasiswa yang belajar di lembaga pendidikan
Islam adalah anak-anak dari keluarga santri.
Hal ini berbeda dengan keadaan di sekolah atau perguruan
tinggi umum yang siswa atau mahasiswanya merupakan campuran antara anak keluarga
santri dan keluarga abangan. Apabila kualitas pendidikan yang mereka peroleh di
madrasah bagus, maka, insya Allah, mereka akan menjadi orang yang berkualitas
dan akan memainkan peran penting sebagai pemimpin ummat, masyarakat, dan
bangsa. Sebaliknya, apabila kualitas pendidikan yang mereka peroleh di
madrasah tidak bagus, maka kemungkinan mereka untuk berperan dalam percaturan
bangsa akan menjadi amat kecil. Salah-salah,
mereka akan menjadi bagian problem masyarakat dan bukan
bagian penyelesaian problem masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Memahami
tentang Isu-Isu Aktual dan Kontemporer Tentang Pendidikan Islam di Madrasah dan
Sekolah Umum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Isu-Isu Aktual
Aktual adalah a 1) berdasarkan kenyataan; benar-benar terjadi, 2) baru
terjadi, sedang sangat digemari, sedang menjadi pembicaraan: majalah
itu memuat berita-berita yang aktual; mengaktualkan adalah yang menjadikan
aktual; menjadikan betul-betul terlaksana; pengaktualan dan aktualisasi
aktualisasi dan perihal mengaktualkan; pengaktualan: kejadian itu dapat
diwujudkan dengan pengisahan yang meyakinkan
B.
Kontemporer
kontemporer memiliki arti sebagai
sesuatu hal (bisa dalam bentuk karya atau budaya) yang berjalan bersamaan
dengan masa pada saat ini selama hal itu masih ada, bukan merupakan suatu
perpaduan antara yang lama dengan yang baru.
Dalam diskursus filsafat pendidikan
kontemporer, terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu progresifisme, esensialisme, perenialisme,
eksistensialisme dan rekonstruksionalisme. Kelima aliran filsafat pendidikan
tersebut merupakan induk dari sebuah proses berpikir secara radikal dan
sistematis dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pendidikan.
Aliran Filsafat Progresifisme adalah merupakan aliran filsafat pendidikan yang
berhaluan pada kemajuan (progress) dan tidak bersifat instant. Berhaluan
kemajuan maksudnya adalah bahwa pendidikan lebih diorientasikan untuk
mempersiapkan masa depan dengan segala bentuk tantangannya. Sementara dikatakan
tidak instant maksudnya adalah bahwa seluruh postulat yang ada merupakan hasil
dari proses uji sahih yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Aliran
Filsafat Esensialisme adalah aliran filsafat pendidikan klasik yang lebih
menekankan pada nilai-nilai kemapanan.Dalam hal ini pendidikan dikonstruksi
secara konservatif dengan mengedepankan aspek-aspek yang dipandang esensial
bagi manusia. Aliran filsafat Perenialisme hampir sama dengan esensialisme.
Konstruksi pendidikan lebih diorientasikan pada penanaman aspek-aspek yang
bersifat esensial dan bernilai keabadian (perennial), sehingga bersifat
konservatif. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan counter atas
peradaban materialistik di barat. Sedangkan Rekonstruksionalisme adalah sebenarnya hampir
sama dengan eksistensialisme, hanya saja pada beberapa aspeknya terdapat
perbedaan-perbedaan yangcukup signifikan. Kelima aliran filsafat pendidikan
tersebut merupakan induk dari sebuah proses berfikir secara radikal dan
sistematis dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang pendidikan.
Dari kelima aliran filsafat pendidikan tersebut kemudian berkembang menjadi
bentuk-bentuk paradigma tertentu dengan
sentuhan kreatif dan inovatif dari para penggagasnya.
C. Isu-Isu Aktual dan Kontemporer Pendidikan
Islam Pada Madrasah dan Sekolah Umum
Minat umat Islam terhadap madrasah sebenarnya cukup
tinggi. Di beberapa daerah, jumlah siswa madrasah Ibtidaiyah dan
Tsanawiyah bahkan lebih banyak daripada jumlah siswa Sekolah Dasar atau
SLTP. Di mata mereka, madrasah memiliki beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan sekolah umum. Madrasah, terutama yang ada di dalam
pondok pesantren, memberikan bekal mental keagamaan (keimanan dan ketaqwaan)
yang kuat kepada siswanya. Dengan bekal mental yang kuat ini, diharapkan,
apabila mereka menjadi pemimpin di kemudian hari, mereka akan menjadi pemimpin
yang jujur, amanah, dan adil.
Kualitas lembaga yang mengemban misi penting ini, menurut
banyak pengamat, amat memprihatinkan. Kualitas pendidikan di madrasah
yang ada di luar pondok, terutama yang yayasannya kurang kuat, sering berada di
bawah standar, baik dilihat dari segi pendidikan agama maupun dari segi
pendidikan umum. Di bidang pendidikan agama madrasah ini kalah dari madrasah
yang ada di dalam pondok dan, di bidang pendidikan umum ia kalah dari sekolah
umum yang ada di sekitarnya. Madrasah yang ada di dalam pondok masih agak
lumayan, walaupun kualitas pendidikan umumnya mungkin kalah jika dibandingkan
dengan standar sekolah umum tetapi di bidang pendidikan agama kebanyakan dari
mereka memiliki kualitas di atas standar. Tentu saja,
kekecualian-kekecualian juga ada. Madrasah yang kualitas pendidikan
umumnya lebih tinggi dari sekolah umum,
Persoalan ini menjadi makin serius apabila dikaitkan dengan
isu besar akhir-akhir ini, yakni globalisasi. Kalau banyak orang
mengatakan bahwa bangsa Indonesia belum siap untuk memasuki era globalisasi,
maka lulusan madrasah dikhawatirkan lebih tidak siap lagi menghadapi era globalisasi
ini. Kaitan antara globalisasi dan kesiapan madrasah menghadapinya itulah
yang akan menjadi pokok bahasan makalah ini. Makalah ini mula-mula akan
membahas apa itu globalisasi dan apa ancaman serta peluang yang diberikannya
kepada kita, para pengelola pendidikan Islam ini. Berikutnya akan dibahas
apa persyaratan agar seseorang dapat menghindari ancaman dan memanfaatkan
peluang yang ditimbulkan oleh globalisasi itu. Terakhir, akan dibicarakan
apa yang harus dilakukan oleh madrasah atau lembaga pendidikan Islam agar
lulusannya dapat tetap memainkan peran dalam masyarakat di era globalisasi.
Menurut Muhaimin, kehadiran madrasah sebagai lembaga
pendidikan Islam dilatar belakangi oleh empat hal. Pertama, realisasi dari
pembaharuan pendidikan Islam. Kedua, penyempurnaan sistem pendidikan pesantren
agar memperoleh kesempatan yang sama dengan pendidikan sekolah umum. Ketiga,
keinginan sebagian kalangan santri terhadap model pendidikan Barat. Keempat, upaya
menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren dan sistem
pendidikan Barat.
Pentingnya madrasah sebagai lembaga pendidikan dasar dan
menengah bagi masa depan ummat Islam di Indonesia, kiranya tidak perlu
diperdebatkan lagi. Madrasah, yang sampai saat ini jumlahnya ribuan di
seluruh Indonesia, masih tetap menjadi tumpuan harapan sebagian besar ummat
Islam yang menginginkan anak-anak mereka ‘berbahagia di dunia dan berbahagia di
akhirat’. Artinya, menguasai ilmu dunia dan ilmu akhirat sekaligus, sesuatu
yang, menurut mereka, tidak atau belum dapat diberikan oleh sekolah.
Namun, realitas pendidikan di madrasah saat ini bisa
dibilang telah mengalami masa intellectual deadlock. Diantara
indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada
kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek
pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan tidak banyak
melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual.
Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan
intelektualisme-verbalistik dan menegaskan pentingnya interaksi edukatif dan
komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam
menitikberatkan pada pembentukan abd atau hamba Allah dan tidak seimbang
dengan pencapaian
Pengalaman negara-negara
maju menunjukkan masyarakat industrial modern akan membawa konsekuensi
munculnya nilai-nilai baru. Pertama, rasionalisme akan menyebabkan
dipertanyakannya sejumlah nilai yang berkembang dari doktrin-doktrin
agama. Kedua sekularisme, yang berarti mengecilnya wilayah agama
yang kemudian hanya terbatas pada soal-soal pribadi dan keluarga, dan sama
sekali doktrin-doktrin agama itu menjadi tidak relevan dengan soal-soal
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketiga, terdesaknya nilai-nilai
idealisme oleh pragmatisme, nilai-nilai kebersamaan oleh individualisme,
nilai-nilai sakral (suci) oleh profance (dunia).
Nilai-nilai itu
sesungguhnya berkembang bersamaan dengan paham materialisme, hedonisme dan
konsumerisme. Dilihat dari sudut berkembangnya nilai-nilai yang tumbuh dalam
masyarakat industrial modern itu, ada tantangan yang dihadapi pendidikan Islam.
Pertama, lembaga-lembaga pendidikan formal agama akan kehilangan daya
tarik bagi masyarakat. Sebab pengetahuan agama tidak menjanjikan masa depan
material yang cukup untuk mengikuti arus budaya modern.
Kedua, pendidikan agama di
sekolah umum juga semakin kurang diminati oleh pelajar.
Hal ini disebabkan oleh
pandangan anak didik bahwa sukses di mata pelajaran agama tidak akan ikut
menentukan karir pendidikan dan kehidupan. Problem Internal Jika ditinjau dari
sudut kualitas, sesungguhnya ada tantangan internal yang harus segera
dijawab jika kita tidak ingin pendidikan agama akan kehilangan relevansinya.
Salah satu di antaranya
ialah kenyataan bahwa agama itu tidak disuguhkan menjadi suatu materi
pendidikan yang menarik. Banyak sekali pengulangan materi dari tingkat terbawah
sampai tingkat teratas. Hal ini menyebabkan pelajaran agama menjadi hal yang
menjemukan. Hal ini ditambah pula dengan kenyataan pendidikan agama lebih
bersifat indoktrinatif dari pada rangsangan untuk berpikir kritis. Keadaan
demikian, kecuali menyebabkan pendidikan agama itu menjadi tidak menarik, juga
menyebabkan kurang mendukung perkembangan intelektualisme.
Di sekolah-sekolah
agama, juga di sekolah-sekolah umum, pendidikan tampaknya memberikan
bobot yang berat pada pendidikan untuk komitmen masa lalu. Pelajaran PPkn,
sejarah nasional, sejarah Islam, dan budi pekerti diberikan bukan dalam
wataknya yang dinamis tetapi konservatif. Persoalan lain yang tampaknya
menjadi kendala bagi lahirnya manusia untuk terjun ke dalam era industrial
ialah pendidikan yang tidak merangsang berkembangnya kreativitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
realitas
pendidikan di madrasah saat ini bisa dibilang telah mengalami masa intellectual
deadlock. Diantara indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan,
dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan
kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara
warisan yang lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan
kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam
terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegaskan
pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid.
Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan abd atau
hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, dkk, Al-Quran dan Isu-isu Kontemporer. Yogyakarta:Elsaq Press, 2011.
Choir,Tolhatul, dkk, Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق