KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan berlimpah nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada Kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kami menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil
jerih payah kami sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjadikan amal
sholeh bagi semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin Ya Rabbal’alamin.
Muara Bulian, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerangka Dasar Inovasi Kurikulum................................................... 2
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perubahan Kurikulum............... 7
C. Sebab-Sebab Kurikulum Itu Diubah.................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman
yang dikuti dengan perkembangan Iptek, masyarakat telah mengalami
perubahan-perubahan dalam menyesuiakan kebutuhan atau proses pemecahan masalah.
Proses pembuatan perubahan diperkuat dengan keputusan organisasional, yang
dimulai dari pemunculan ide baru sampai kepada tahap penerapannya. Ide baru
merujuk kepada persepsi tentang suatu kebutuhan masyarakat.
Kebutuhan masyarakat belajar
mengalami perubahan. Yang diperlukan langkah awal adalah perumusan kurikulum
yaitu dengan anlisa situasi yang dihadapi, termasuk situasi lingkungan belajar
antara lain peserta didik, guru, sarana prasarana, kurikulum dll. Kurikulum
bersifat dinamis, selalu berubah untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan
mereka belajar. Inovasi kurikulum sangat diperlukan dalam perkembangan peserta
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat
dirumuskan yaitu : Memahami inovasi kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerangka
Dasar Inovasi Kurikulum
Manusia,
sebagaimana di kemukakan filsuf modern Bronowski (1978), selalu dalam proses
untuk berkembang. It is an ascent of man. Untuk mencapai “kemajuan” dan
“kebangkitan”nya, manusia perlu kemampuan untuk belajar. Dengan demikian, nilai
dasar dari kurikulum adalah bagaimana mengembangkan kemampuan siswa untuk
mampu belajar. Katakana, the competence learn. Peter M. Sanger, Are
the Gues,Rosabeth Mos-Kanter, dan sebagian besar pemikiran
manejemen modrn mengembangkan konsep learning organization, bahwa
organisasi-organisasi yang selamat, menang, dan menjadi juara adalah organisasi
yang mau belajar. Nilai ini telah diakui kebenarannya.
Kurikulum
dapat disebut sebagai “muatan pendidikan” sehingga menjdai isu terpokok untuk
diperhatikan kualitasnya.
Pada masa
lalu kelemahan kurikulum nasional di Indonesia diatasi dengan sisipan substansi
Muatan Lokal,termasuk penggunaan bahasa ibu pada kelas awal di sekolah
dasar,tetapi muatan nasional tetap dominan karena ada ujian nasional, yang
harus dikejar oleh siswa dan guru bahkan juga orangtua siswa, karena menyangkut
nasib dan harga diri.
Lalu
bagaimana kiat mengatasi kelemahan yang ada, ditambah lagi saat ada isu atau
rencana perubahan kurikulum biasanya kita resah dan gelisah, membayangkan
berbagai dampak dan konsekuensinya, yang memang nyata ada, baik yang menyangkut
segi administrative maupun teknis edukatif yang tak pelak lagi akan menambah kesibukan
dan kerepotan guru serta insan pendidikan lainnya. Padahal pada kurun waktu
tertentu kurikulum memang harus disesuaikan dengan perkembangan kehidupan “masa
kini”. Setiap perubahan sekecil apapun ada konsekuensi logisnya bagi guru, lalu
bagaimana agar kita tidak resah dan gelisah menghadapi perubahan tersebut,
bagaimana kiat menyiasatinya?
Pertama, kita harus menyadari sepenuhnya
hakekat kurikulum,kurikulum sebenarnya hanyalah seperangkat rencana, yang tidak
dapat berbuat apa-apa tanpa kebijakan dan kebajikan pelaksananya. Betapapun
bagusnya kurikulum disusun oleh pakar yang sangat ahli sekalipun, bahkan hasil
penelitian bertahun-tahun, kalau berada ditangan guru yang kurang piawai, tidak
banyak manfaatnya dalam pembelajaran, sebaliknya kurikulum yang bersifat
standard an hanya berisi garis besar rencana pembelajaran, tetapi dikelola oleh
guru yang handal akan dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat efektif dan
bermakna bagi pembelajarnya.
Kedua, dalam pembelajaran kurikulum bukan
satu-satunya sumber belajar. Ada yang disebut sebagai The Hidden Curriculum,
kurikulum yang tersamar, atau kurikulum yang tidak nyata tertulis. The hidden
curriculum, merupakan semua hal yang menstimulir anak dan anak mersponnya,
merupakan hal di luar kurikulum formal serta mempunyai dampak terhadap proses
tumbuh kembang anak. Misalnya, tatatertib dan peraturan sekolah/kelas,
lingkungan sekitar baik fisik maupun sosial, performance guru dan warga sekolah
lainnya, guru merupakan kurikulum yang sangat efektif bagi siswa, apapun
yang dilakukan guru, cara berpakaian, cara bicara, sikap terhadap guru lain
merupakan kurikulum bagi siswa, ada lagi The hidden curriculum yang sangat
efektif, yaitu tayangan televisi, juga merupakan kurikulum bagi siswa, semua
itu akan membentuk sikap dan kepribadiannya, membentuk persepsi terhadap
lingkungan masyarakatnya, kemudian merespon dan mempengaruhi tumbuhkembangnya.
Ketiga, keberhasilan tujuan pendidikan,
khususnya pembelajaran juga ditentukan oleh perangkat lainnya seperti kecukupan
sarana dan prasarana, kecukupan biaya yang tersedia, adanya sumberdaya
pengelola yang kompeten baik guru, kepala sekolah, pengawas sampai para Pembina
pendidikan lainnya, dan tatakelola atau manajemen yang baik (demokratis,
transparan dan akuntabel), keterlibatan secara aktif, masyarakat dan
stakeholder lainnya, dan tak kalah pentingnya adalah kebijakan dan kebajikan
pemerintah pusat maupun daerah, pengawas hingga sekolah bahkan guru kelas
melalui policy-nya, sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran dan pencapaian
tujuan pendidikan secara umum.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa apapun kurikulumnya, masih banyak aspek lain
yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, kurikulum formal bukan
satu-satunya perangkat dalam pembelajaran,demikian juga masih banyak pihak yang
seharusnya bertanggungjawab terhadap keberhasilan pembelajaran selain guru
kelas.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran:
1.
Faktor
Intern
Faktor
intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun
yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu :
a.
Kecerdasan/intelegensi
Menurut
Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan
sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid
mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia
dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto
(1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Dari
pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang
tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha
belajar.
b.
Bakat
Menurut
Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan.”
c.
Minat
Menurut
Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang itu.”
d.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor
yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa
untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah
bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam
kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai
motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan
motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”
Dalam
perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
(a)
motivasi
instrinsik; dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu
pekerjaan belajar.
(b)
motivasi
ekstrinsik; dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang
siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
2.
Faktor
Ekstern
Faktor
ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang
dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan
lingkungan masyarakat.”
a.
Keadaan
Keluarga
Hasbullah
(1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama,
karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
b.
Keadaan
Sekolah
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik
dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya.
c.
Lingkungan
Masyarakat
lingkungan
merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam
sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab
dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan
dimana anak itu berada.
M. Francis
klein dalam bukunya Curriculum Reform in the Elementary School menyatakan
ada lima substansi suatu inovasi kurikulum, yaitu:
1) menetapkan perencanaan.
Perencanaan harus menekankan perubahan yang diinginkan dan harus
didasarkan pada sekumpulan data sekolah dan visi yang akan dilakukan sehubungan
dengan pembaharuan tersebut.
2) menguji kurikulum secara
komprehensif. Kurikulum hendaknya didefinisikan dan diuji secara komprehensif
dari berbagai sudut, antara lain: lembaga persekolahan, fungsi sekolah, dan
tujuan kurikulum.
3) menganalisis kesenjangan antara
teori dan praktek. Walaupun sekolah tampaknya merupakan tempat yang
menyenangkan bagi siswa untuk belajar, namun masih banyak hal yang memerlukan
penyempurnaan. Seperti apa yang diharapkan sekolah berbeda dengan apa yang terjadi
di lapangan.
4) perhatian terhadap kurikulum
implisit. Dalam mengembangkan substansi kurikulum implisit perlu diperhatikan
hal-hal yang tidak tersurat yang ada dipersekolahan, seperti budi pekerti,
kesantunan berbahasa, dan berprilaku baik.
5) mengembangkan pendekatan yang
sistematis. Suatu pendekatan yang sistematis terhadap perbaikan kurikulum harus
menggunakan pendekatan yang sistematis. Hal ini disebabkan suatu aspek
perubahan yang kecil akan membawa dampak terhadap aspek persekolahan yang lain.
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum
Perubahan
kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang diambil
pemerintah. Alasan pemerintah melakukan perubahan kurikulum
pendidikan yang baru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Akan tetapi tujuan dari pemerintah tidak selalu sejalan dengan
kenyataan di lapangan.
Menurut
Soetopo dan Soemanto (1991:40-41), ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong
terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.
Pertama,
bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis.
Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini
mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi
dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya
perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Kedua,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak ,
perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah
menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama . Di lain pihak, perkembangan
di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan
diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua
perkembangan di atas , dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam
isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
Ketiga,
pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia . dengan bertambahnya penduduk, maka
makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini
menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam
pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi
kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar.
C.
Sebab-Sebab
Kurikulum Itu Diubah
Kurikulum
itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam
faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara
fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi Negara
yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang
menyeluruh.
Kurikulum
juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Misalnya pada tahun
30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan kurikulum adalah pada
anak, sehingga kurikulum mengarah kepada child-centered curriculum sebagai
reaksi terhadap subject-centered curriculum yang dianggap terlalu bersifat
adult dan society-centered. Pada tahun 40-an , sebagai akibat perang, asas
masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-centered.
Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat sputnik yang menyadarkan Amerika
Serikat akan ketinggalan dalam ilmu pengetahuan, para pendidik lebih cenderung
kepada kurikulum yang discipline-centered, yang mirip kepada subject-centered
curriculum. Tampaknya seakan-akan orang kembali lagi kepada titik semula. Akan
tetapi, lebih tepat, bila kita katakan, bahwa perkembangan kurikulum seperti
spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama,
tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
Kurikulum
dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses
belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau
experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul, dan
sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi
ilmu pengetahuan dan lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum.
Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan,
dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum ,
betapapun relevannya pada suatu saat.
Maka
karena itu perubahan kurikulum merupakan hal biasa. Malahan mempertahankan
kurikulum yang ada akan merugikan anak-anak dan demikian fungsi kurikulum itu
sendiri. Biasanya perubahan satu asas akan memerlukan perubahan keseluruhan
kurikulum itu.
Menurut
Anan Z. A (2008:20) Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum
KTSP adalah Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan
hasil yang signifikan karena berbagai faktor:
1.
Konsep
KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
2.
Draft
kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan.
3.
Belum
adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih berbasis
materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menjalankan tugas
instruksional bagi siswanya.
Dengan
demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah
dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami penyempurnaan
dengan tujuan agar kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam KBK bias
ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pengaruh
perubahan kurikulum KBK (2004) ke KTSP (2006) yang relative singkat
terhadap dunia pendidikan dapat dirasakan oleh dua elemen pendidikan.
1.
Guru
Guru mengalami kesulitan dalam
mengikuti aturan pembelajaran dalam kurikulum KTSP, Karena sebelumnya pada
kurikulum KBK pun guru mengalami kesulitan dalam pengaplikasian metode
pembelajaran di dalam kelas.
2.
Siswa
Sama halnya dengan guru yang
kesulitan dalam pengaplikasian kurikulum yang baru, siswa pun kesulitan untuk
mengikuti metode pembelajaran yang tidak biasa mereka jalani. Terdapat keraguan
pada siswa dalam proses belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan kurikulum;
1. Bebasnya sejumlah wilayah tertentu
di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang pesat sekali.
3. Pertumbuhan yang pesat dari penduduk
dunia
Sebab-sebab kurikulum itu diubah;
Menurut
Anan Z. A (2008:20) Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum
KTSP adalah Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan
hasil yang signifikan karena berbagai faktor:
1.
Konsep
KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
2.
Draft
kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan.
3.
Belum
adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih berbasis
materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menjalankan tugas
instruksional bagi siswanya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/14540329/MAKALAH-INNOVASI-KURIKULUM
diakses tanggal 09-05-2012
http://www.scribd.com/doc/52769458/8/Perubahan-Kurikulum
diakses tanggal 09-05-2012
http://lunnablog-luna.blogspot.com/2010/10/mengapa-kurikulum-berubah.html
diakses tanggal 09-05-2012
http://dc306.4shared.com/doc/aarxpjCl/preview.html
diakses tanggal 11- 05-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar