BAB II
SEKOLAH YANG EFEKTIF
Pertama, perlu dijelaskan dahulu penggunaan kata
‘’efektif’’. Sebuah tingkatan efektif maksudnya adalah apabila dapat mencapai
tujuan objektif spesifiknya. Jadi, agar efektif, suatu tindakan atau institusi
harus mencapai sesutu melalui tindakan yang disengaja. Artinya, sekolah efektif
apabila telah ditetapkan target dan kemudian dapat mencapai target tersebut.
Dalam hal ini, tentunya ada perbedaan yang jelas
antara efektivitas dan efisiensi. keduanya menyangkut pencapaian, namun kata
efisien juga mengandung pengertian produktivitas, yaitu mencapai tujuan tanpa
pemborosan sumber daya atau usaha. Dengan demikian, suatu sekolah dapat saja
efektif tetapi tidak efisien, karena sekolah mampu mencapai tujuan, akan tetapi
dengan biaya yang terlalu besar. Sebaliknya, sekolah dapat bersifat efisien,
tetapi tidak efektif, karena hemat dalam penggunaan sumber daya, akan tetapi
tidak mampu mencapai hasil yang telah ditargetkan sebelumnya.
Sejak pertengahan dasawarsa 1970-an, telah muncul
berbagai gerakan untuk menciptakan sekolah yang efektif. Dalam hal ini, diakui
bahwa sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kemampuan
administrator sekolah untuk memahami berbagai karakteristik sekolah sangat
dituntut oleh adanya kompleksitas sekolah.
Berbagai
penelitian telah dilakukan mengenai sekolah yang efektif ini. Diantaranya
laporan Prof. James Coleman di Amerika Serikat tahun 1966 yang menyatakan bahwa
‘’Variabel lingkungan keluarga adalah hal terpenting dalam menjelaskan
keragaman tingkat prestasi bagi semua kelompok ras, kelompok daerah; fasilitas,
dan kurikulum sekolah merupakan variable dengan nilai kepentingan paling
kecil’’.
Laporan
merupakan salah satu survey yang komprehensif terhadap siswa meliputi ribuan
anak-anak dari setiap bagian Negara USA tersebut. Hal ini tentunya menyulut
kontroversial karena menganggap bahwa sekolah hanya memberikan sedikit pengaruh
dalam mendukung prestasi anak yang bebas dari latar belakangnya dan konteks
social umumnya.
Dengan
demikian, perlu adanya sekolah yang efektif, dan untuk itu, unsur administrasi
sangat penting karena administrasi pendidikan merupakan suatu proses
keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan, yaitu meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian,
pengawasan, dan pembiayaan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang
tersedia, baik personal, material, maupun spiritual, untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Perencanaan
salah satu aspek administrasi yang meliputi proses pengambilan keputusan
mengenai apa yang akan dilakukan sekolah di masa yang akan datang untuk
mencapai suatu tujuan sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya. Perencanaan
sekolah yang efektif berarti menentukan tujuan yang harus dicapai oleh sekolah
tersebut, dengan menentukan program prioritas, dan menentukan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menentukan tenaga dan biaya
yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah dibuat oleh penyelenggara
sekolah tersebut.
Sekolah
yang efektif harus mempunyai langkah-langkah perencanaan yang meliputi:
1.
mengumpulkan dan
mengolah data atau informasi untuk menentukan indikaror-indikator sekolah yang
berprestasi, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sekolah.
2.
Menganalisis data
yang ada sebagai masukan untuk menyusun perencanaan sekolah yang berprestasi
tersebut.
3.
Merumuskan kebijakan
mengenai sekolah yang berprestasi tersebut.
4.
Memprediksi kebutuhan
yang akan datang, baik terhadap input, proses, maupun outputsekolah,
yang diharapkan bisa memenuhi standar prestasi dan kualitas yang telah
ditentukan.
5.
Menetapkan sasaran
dan alternative strategi yang dapat mendukung terwujudnya sekolah yang
berprestasi, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek.
6.
Memperhitungkan
anggaran yang dibutuhkan dalam rangka membiayai rencana yang akan dilaksanakan
oleh sekolah, dan mengetahui sumber-sumber pembiayaan sekolah, baik yang
berasal dari pemerintahan maupun masyarakat.
Pengorganisasian merupakan suatu proses dalam
mengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sehingga secara bersama-sama dalam berupaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada perencanaan sebelumnya. Artinya, suatu perencanaan sekolah
tidak hanya menentukan tujuan, tetapi juga merencanakan sekolah tidak hanya
menentukan tujuan, tetapi juga merencanakan bagaimana cara mencapainya. Dalam
hal ini, organisasi pelaksanaan yang baik tentu akan sangat menunjang dalam
upaya mencapai tujuan terasebut. Pengorganisasian pelaksanaan program sekolah
ini sebaiknya dirancang dinamis dengan memperhatikan factor-faktor kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan dari organisasi sekolah yang ada.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian dirancang
dengan sebaik-baiknya, maka selanjutnya perlu dilaksanakan operasionalisasinya
agar dapat mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
ini, harus pula diidentifikasi hambatan dan peluang yang mungkin ada, dengan
mengidentifikasi hambatan dan peluang tersebut, Diupayakan untuk mencari solusi
pemecahan sehingga dengan demikian dapat menjamin keberhasilan pelaksanaan
rencana yang telah ditetapkan tersebut dalam upaya mewujudkan sekolah yang
efektif.
Pengkoordinasian merupakan upaya untuk menggalang
kerja sama diantara berbagai unsur yang terlibat dalam melaksanakan
rencana-rencana yang telah ditentukan untuk mewujudkan sekolah yang efektif
ini. Artinya, upaya mewujudkan hal ini bukan hanya merupakan tanggung jawab
kepala sekolah semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab semua komponen yang
terlibat dalam sekolah, baik tanggung jawab terhadap sumber daya fisik maupun
sumber daya manusia (SDM).
Setelah adanya perencanaan yang benar dan pelaksanaan
yang tepat terhadap tugas-tugas kependidikan disekolah, maka diperlukan adanya
pengontrolan atau pengawasan untuk menentukan apakah sasaran yang telah
ditentukan, yang dalam hal ini bertujuan untuk menciptakan sekolah yang efektif,
sudah dapat diwujudkan atau belum.
Pengontrolan atau pengawasan merupakan suatu proses
untuk mengamati pelaksanaan kegiatan sekolah agar dapat menjamin bahwa tujuan
sekolah atau sasaran yang telah ditetapkan dapat atau telah dilaksanakan dengan
baik, dan disisi lain, dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksaanan
tersebut secara dini.
Ketika proses pelaksanaan kegiatan sekolah tersebut
dapat terlaksana dengan baik, maka berarti pengontrolan atau pengawasan dapat
berhasil melakukan tugasnya untuk mewujudkan fungsi-fungsi pengawasan atau
pengontrolan. Banyak hal yang dapat diawasi pelaksanaannya dilapangan, apakah
menyangkut tentang kinerja guru dalam mengajar, tugas-tugas administratif,
kemungkinan penyimpangan keuangan, pengadaan sarana dan prasarana, evektifitas
dan efesiensi pengajaran dikelas, sistem penggajian, dan lain sebagainya.
Lebih lanjut, ada sembilan variabel yang melekat pada
sekolah yang efektif, yaitu:
1.
Tingkat kehadiran
tenaga pendidik (guru).
2.
Berbagai aktivitas
guru yang telah ditentukan.
3.
Antusiasme guru.
4.
Kepedulian guru
terhadap pembelajaran dan tingkat pencapainnya.
5.
Menghindari adanya
ketitik yang ekstrim.
6.
Memberikan respon
yang positif terhadap para peserta didik.
7.
Adanya kesempatan
yang diberikan kepada para siswa untuk mempelajari materi sesuai dengan
kriteria.
8.
Penggunaan komentar
yang terstruktur oleh para guru.
9.
Penggunaan tingkat
kognitif, baik dalam pertanyaan maupun diskusi.
Berkaitan dengan hal diatas, karakteristik sekolah
yang efektif dapat ditandai dengan:
a.
Pelajaran yang
diberikan berorientasi kerja dengan waktu yang difokuskan pada persoalan pokok,
dan para guru bekerja dan merencanakan secara bersama-sama, serta adanya
administarasi yang baik.
b.
Adanya sistem imbalan
yang resmi, penghargaan masyarakat, dan umpan balik langsung bagi siswa yang
berprestasi.
c.
Para siswa memiliki
tanggung jawab atas masalah keseharian mereka disekolah.
d.
Pekerjaan rumah yang
diberikan dapat diintegrasikan dan ditindaklanjuti.
e.
Sekolah yang efektif
secara terbuka menekankan prestasi akademik dan siswa diharapkan dapat bekerja
keras dan mencapai keberhasialan.
f.
Sekolah yang efektif
juga memiliki iklim dan etos kerja yang baik.
Richard hersh pada tahun 1982 juga mengadakan
penelitian mengenai karakteristik sekolah yang efektif ini. Ia menemukan beberapa
elemen yang dapat mendukung efektifitas sekolah, yaitu:
1.
Adanya tujuan
akademik yang jelas.
2.
Adanya tata tertib
dan kedisiplinan.
3.
Adanya tingkat
pengharapan yang tinggi.
4.
Adanya
profesionalitas guru.
5.
Adanya pengembangan
karir yang baik.
6.
Adanya tingkat insentif
dan penghargaan masyarakat.
7.
Adanya dukungan
masyarakat.
8.
Adanya kepemimpinan
administratif.
9.
Adanya waktu
pembelajaran akademik yang tinggi.
10.
Adanya monitoring
terhadap pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa.
11.
Adanya administrasi
kurikulum yang baik.
12.
Adanya variasi
strategis yang digunakan guru dalam mengajar.
13.
Adanya
responsibilitas para siswa.
Gerakan
menciptakan efektivitas sekolah ini dapat dilihat dari berbagai konteks,
yaitu:
a.
Efektifitas sekolah
difokuskan sejauh mengenai sekolah, yaitu kelanjutan sekolah dan persekolahan
dalam bentuk terakhirnya dana dalam kerangka lembaganya yang ada sekarang.
b.
Efektivitas sekolah
berarti adanya ukuran hasil, yaitu berupa nilai prestasi standar yang dicapai
oleh siswa.
c.
Perhatian terhadap
efektifitas sekolah telah muncul secara berdampingan dengan perhatian terhadap
produktivitas, efisiensi, dan keterukuran.
d.
Efektivitas sekolah
biasanya melibatkan kegiatan evaluasi dan peninjauan ulang.
e.
Efektivitas sekolah
memerlukan adanya penerapan kontrol dan adanya administrasi yang baik.
f.
Efektivitas sekolah
dapat menyelenggarakan praktek mutakhir bukan membahas guncangan perubahan
sosial yang cepat dan datangnya ekonomi pasca industri.
Disamping itu, peranan administrator juga turut
menentukan terciptanya sekolah yang efektif. Hal ini meliputi:
1.
Adanya kepemimpinan
administratif yang kuat, khususnya dalam proses pembelajaran.
2.
Adanya iklim yang
kondusif dalam pembelajaran, yaitu rasa aman dan kedisiplinan.
3.
Upaya sekolah yang
ditekankan pada pembelajaran untuk pencapaian keahlian secara mendasar.
4.
Para guru biasanya
mengharapkan bahwa semua siswa dapat memperoleh tingkat pencapaian yang sama
dari berbagai latar belakang.
5.
Adanya sistem
monitoring dan penilaian terhadap kinerja siswa dalam mencapai tujuan
instruksional (pembelajaran).
Untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif ini, ada
bebrapa variabel yang harus diperhatikan, yaitu:
1.
Adanya kolaborasi
perencanaan dan hubungan kolega.
2.
Adanya perasaan
kemasyarakatan.
3.
Adanya tujuan yang
jelas dan tingkat pengharapan yang tinggi.
4.
Adanya tata tertib
dan disiplin yang tinggi.
Dengan demikian, sekolah yang efektif memiliki
tuntunan terhadap berbagai aspek yang harus dibenahi dari sistem persekolahan
kita dewasa ini, yaitu meliputi visi dan misi sekolah, pemahaman terhadap tujuan
sekolah, kepemimpinan administrator, pemanfaatan sumber daya dan prosedur untuk
mendukung tujuan tersebut. Sekolah tidak akan menjadi cukup berarti tanpa
adanya administrasi yang tertata dengan baik.
BAB
III
PEMBIAYAAN
SEKOLAH
Pendidikan yang berkualitas
merupakan suatu investasi yang mahal. Masyarakat industry modern yang menyadari
hal ini akan menanmkan investasi yang besar untuk industri pendidikan.
Kesadaran masyarakat untuk menanggung biaya pendidikan pada hakikatnya akan
memberikan suatu kekuatan pada masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pendidikan.Hal ini berbeda sekali dengan keadaan di Negara
berkembang dimana ada keengganan masyarakat untuk membagi beban pendidikan yang
tampak dalam relative rendahnya social rate
of retund dan tingginya private rate of return investasi dalam bidang
pendiddikan.
Sementara itu,
pembiayaan pendidikan yang cukup besar dalam masyarakat industry modern berasal
dari orang tua, masyarakat, dan dunia industry. Orang tua akan menyadari dan
menanggung biaya pendidikan (SPP) yang lebih riil, sedangkan dari sector pemerintah
kemungkinan melalui pajak pendidikan. Dari masyarakat dapat berupa sumbangan
begitu pula dari duia industry, misalnya untuk melakukan penelitian.
Dengan demikian,
pendidikan sebagai proses produksi yang menghasilkan lulusan yang berhasil
dapat ditentukan oleh jumlah pendaftaran dan komponen-komponen input dalam suatu sistem pendidikan.
Namun demikian, pada sekala ekonomi mikro dan tingkatan keluarga atau suatu
lembaga pendidikan, tidak terdapat hubungan yang fungsional antara biaya bagi
produsen (lembaga) dengan biaya bagi konsumen (keluarga).
Persoalannya lembaga
pendidikan (sekolah) pada umumnya tidak langsung menanggung seluruh biaya
karena gaji guru dan sarana pendidikan dominan bersumber dari pemerintah bagi
sekolah negeri atau dari yayasan bagi sekolah swasta. Sedangkan uang pemerintah
sebagian dari masyarakat melalui pembebasan wajib pajak.Pajak dibayar oleh
masyarakat dipandang sebagai biaya tidak langsung. Oleh karena itu, pendidikan
dapat dipandang sebagai aktivitas yang bersifat pelayanan umum.
Sekolah sebagai
produsen jasa penddikan secara teoritis menimbulkan konsep biaya yang sama
dengan bidang -bidang aktivitas lainnya. Sekolah memerlukan dana yang akan
dipergunakan dalam berbagai keperluan yaitu untuk gaji guru, tenaga
kependidikan lainnya serta tenaga administrasi, biaya pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana (seperti ruang belajar, ruang laboratorium,
ruang perpustakaan,ruang/gedung bangunan, dan fasilitas pendidikan lainnya),dan
biaya penyelenggaraan pendidikan perluasan dan pengembangan.
Dengan kata lain,
kualitas suatu sekolah dapat dicapai tergantung dari ketersediaan sumber daya
manusia dan fasilitas pendidikan lainnya.Seluruh komponen dan kegiatan
pendidikan ini hanya dapat dipenuhi apabila didukkung oleh pembiayaan yang
memadai. Oleh karena itu setiap sekolah perlu membuat rencana kerja tahunan
yang terdidi dari sejumlah kegiatan pembangunan pada tahun yang bersangkutan disertai
dengan pembiayaan sesuai dengan sumber pendapatannya.
Anggaran biaya
sekolah terdiri dari dua sisi yang stu sama lain saling berkaitan, yaitu sisi
anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapa tujuan-tujuan
pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Anggaran penerimaan adalah
pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi
dan diterima secara teratur, atau diterima secara tidak teratur. Sedangkan
anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan sekolah.
Untuk mendukung
kelancaran kegiatan sekolah tersebut, ada beberapa sumber pembiayaan sekolah,
yaitu:
1. Dana
dari masyarakan yang tergabung dalam Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan
(BP3), yang anggotanya terdiri dari para orang tua atau wali siswa di sekolah
tersebut,
2. Dana
dari lembaga penyelenggara pendidikan atau pemerintah
3. Dana
dari donator.
4. Dana
dari Unit Pendanaan Sekolah.
Lembaga-lembaga milik
masyarakat yang menjadi pemakai hasil pendidikan, khususnya badan usaha yang
bergerak di dunia usaha dan industri merupakan unsur masyarakat yang paling
pantas dan paling potensial untuk dimnita berpartisipasi dalam penyediaan dana
bagi penyelenggaraan program-program pendidikan di sekolah, karena ke;ompok
inilah yang aman menikmati hasil-hasil pendidikan dalam wujud menggunakan para
lulusan suatu lembaga dalam kegiatan usahanya.
Krisis ekonomi yang
terjadi dewasa ini sangat mempengaruhi kelangsungan penyelenggaraan pendidikan,
karena konsekuensinya tentulah menurunya kemampuan ekonomi masyarakat sebagai
salah satu sumber anggaran pendidikan, sementara kebutuhan biaya pendidikan
tidak dapat diabaikan. Dan dalam hal ini, sekolah harus membiayai pelaksanaan
pendidikan di sekolah tersebut.
Disisi lain,
sebagaimana yang dikemukakan oleh kotler, bahwa segala perencanaan harus
memperhitungkan efektivitas perhitungan biayanya, seperti dalam dunia modern,
maka untuk menghidari kegagalan terpenting adalah menentukan segmen pasarnya
terlebih dahulu. Sejauh mana kemampuan manajer untuk menjaga pelanggannya
melalui tanggung jawab yang dimilikinya. Apabila mereka ingin melaksanakan
pemasaran secara efektif, maka segalanya akan tercapai dengan cara seluruh
komponen yang ada didalamnya ikut andil secara maksimal dalam melihat secara
langsung kebutuhan pelanggan tersebut.
Dalam pembiayaan
sekolah ini, ada dua jenis anggaran yang harus dipersiapkan, yaitu:
1. Anggaran
rutin, yaitu biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan, yang meliputi:
a. Belanja
pegawai, berupa gaji, honor, lembur, dan lain-lain
b. Tunjangan-tunjangan,
berupa asuransi kesehatan, dan pensiun, bea siswa, dan kunjungan sosial
c. Operasional
kantor yang meliputi alat tulis kantor, cetak/copy, rumah tangga, berupa
pembayaran listrik, telepon, air, surat kabar/buletin, konsumsi, BBM,
pemeliharaan, kebersihan; biaya eskpedisi, baik surat maupun barang; rapat atau
tamu, berupa biaya konsumsi dan transport; dan iuran-iuran lain, seperti
pembayaran PBB dan keanggotaan dalam himpunan.
2. Anggaran
tidak rutin, yaitu biaya yang dikeluarkan pada awal cawu/ semester atau
tahunan, yang meliputi:
a. Biaya
penyelenggaraan pendidikan, yaitu biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan
pembelajaran, yang meliputi biaya pengadaan alat dan bahan praktek, serta
pengadaan media dan bahan ajar.
b. Biaya
pengembangan sarana dan prasarana, yang meliputi penambahan inventaris kantor,
penambahan ruang, biaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
rehabilitasi, pengecatan, penghijauan, pelatihan komputer, biaya promosi
sekolah, dan biaya-biaya lain yang bersifat insidentil.
Pengalokasian dana
ini harus sedemikian rupa sehingga dana yang tersedianya dapat dimanfaatkan
secara efektif dan efisien. Dan alokasi dana harus disusun berdasarkan realita
dan skala prioritas, bukan berdasarkan pemerataan semata.Atau yang lebih ironis
lagi, apabila dana sudah turun, akan tetapi kesulitan menggunakannya karena
tidak adanya perencanaan sebelumnya. Dalam Menyusun anggaran sekolah ini
hendaknya tidak asal dibuat saja, tetapi harus dengan memperhatikan aspek-aspe
sebagai berikut :
1. Aspek
Struktur, yaitu dimulai dengan mengidentifikasi kelompokkelompok program dan
elemen-elemennya agar memperoleh tujuan-tujuan yang diinginkan.
2. Aspek
Analisis, yaitu untuk mengetahui tingkat efektifitas biaya pada setiap tugas melalui
alternatif-alternatif yang disediakan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
3. Aspek
control, yaitu sebagai pedoman bagi para pelaksana pendidikan, dalam melakukan
tugasnya dalam menggunakan uang dan sebagai alat bagi pemimpin untuk mengontrol
penggunaan dana oleh para bawahannya.
4. Aspek
data dan informasi, yaitu data yang ada sebelum,pada saat implementasi, maupun
sesudahnya, yang perlu dipelajari oleh perencana anggaran sebelum
mengalokasikan biaya.
Dalam hal ini,
belanja sekolah sangatlah ditentukan oleh besarnya anggaran pendapatan atau
penerimaan sekolah yang diterima dari berbagai sumber baik secaa langsung atau
tidak. Pengeluaran sekolah tersebut dapat dikategorikan ke dalam beberapa hal,
yaitu.
1. Pengeluaran
untuk pelaksanaan pelajaran.
Pelaksanaan
pelajaran tidak dapat berlangsung secara baik tanpa didukung oleh perangkat
pendukung baik berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak
(software), dengan demikian jelas membutuhkan biaya untuk mewujudkan perangkat
keras dan lunak tersebut. Ketersediaan dan kelengkapan perangkatperangkat
tersebut akan ikut mendukung suksesnya pihak sekolah untuk mewujudkan sekolah
yang berkualitas.
2. Pengeluaran
untuk tata usaha sekolah.
Pengeluaran
sekolah yang menyangkut surat-menyurat administrasi, persiapan ujian,
pelaporan, dan sebagainya memerlukan alokasi dana (biaya)khusus dari
RAPBS,karena pengeluaran sikolah untuk tata usaha sekolah ini merupakan jenis
pengeluaran rutin, sehingga anggaran biaya tata usaha sekolah ini harus
ada.Jika anggaran biaya untuk tujuan tata usaha ini tidak ada, kelihatannya
sulit untuk mewujudkan sekolah yang berkualitas.
3. Pemeliharaan
sarana dan prasarana (fasilitas )sekolah.
Sarana
dan fasilitas sekolah merupakan komponen penting yang secara langsung
mempengaruhi dan mendukung aktifitas dan proses pembelajaran disekolah, dengan
demikian sarana dan fasilitas sekolah ini juga mutlak harus ada. Sarana dan
fasilitas tersebut, mungkin hanya diperoleh dari bantuan pemerintah atau pihak
yayasan penyelenggaraan pendidikan, akan tetapi yang perlu diketahui bahwa
sarana dan fasilitas tersebut tidak diperoleh setiap saat, akan tetapi
diperoleh dalam jangka waktu yang tidak tertentu. Sudah barang tentu, waktu
penggunaan tidak dapat digunakan selama pendidikan tersebut ada, akan tetapi
mungkin hanya pada saat tertentu memerlukan renovasi, atau pengadaan sama
sekali.
4. Kesejahteraan
pegawai (guru)
Kesejahteraan
pegai juga menjadi kata kunci untuk mewujudkan sekolah yang berprestasi. Hal
ini disebabkan karena guru atau pegawai secara langsung berhubungan dengan
siswa,guru jugalah secara langsung mengarahkan potensi kurikulum secara
maksimal kepada siswa.Ketika persoalan kesejahteraan guru tidak diperhatikan
atau kurang proporsional, maka kendali sekolah akan kehilangan arah.Dikatakan demikian
karepelaporanna guru akan mengalami kekurangan gairah kerja, jika hal ini yang
terjadi, maka jelas akan menyebabkan pelayanan guru terhadap siswa di kelas
ikut menurun.
5. Administrasi
Alokasi
biaya untuk tujuan administrasi sangat diperlukan untuk tujuan mendesak yang
menyangkut anggaran rutin untuk keperluan sekolah sehari-hari atau mungkin juga
anggaran tidak rutin untuk persiapan yang tidak terduga.Akan tetapi yang tidak
kalah pentingnya pengeluaran biaya sekolah dari segi administrasi ini.
6. Pembiayaan
tenaga Kependidikan.
Pembiayaan
terhadap tenaga kependidikan adlah sebagai bentuk imbal jas yang diberikan
kepada sekolah. Dengan pembiayaan yang tinggi tersebut, diharapkan tenaga
kependidikan mampu untuk melaksanakan fungsinya secara professional pula,Untuk
itu tenaga kependidikan atau guru dalam hal ini harus terus diupayakan untuk
membekalinya dengan pengetahuan-pengetahuan baru atau metodologis, mengenai
tugas-tugas yang diembannya, baik tugas-tugas yang menyangkut tugas-tugas rutin
sebagai guru dan tenaga kependidikan lainnya, atau mungkin juga tugas-tugas
sampingan yang dipegangnya yang pada prinsipnya mendukung program pendidikan di
sekolah.
7. Pendataan
Sekolah
dalam melakukan fungsi dan perannya sebagai lembaga pendidikan, tentu
memerlukan pendataan dalam bentuk pelaporan-pelaporan. Maka dalam hal ini,
sekolah harus melakukan alokasi dana atau biaya, agar tugas-tugas rutin dapat
berjalan dengan lancar. Pendataan ini penting untuk dilakukan, untuk memberikan
data masukan kepada pemerintah, disamping untuk mengetahui indeks perkembangan
kemajuan sekolah dalam jangka waktu tertentu.
Dalam
membuat Anggaran Pendapatan belanja sekolah ini harus membuat beberapa analisis
terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut :
1) Analisis
Keefektifan biaya ; Suatu pekerjaan disebut efektif apabila pekerjaan tersebut
dikerjakan dengan tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Biaya pendidikan
di sekolah tersebut digunakan secara efektif yang berarti bahwa biaya tersebut
diarahkan hanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan
semula.
2) Analisis
Kemanfaatan Biaya; Analisis kemanfaatan biaya sekolah adalah analisis yang
berusaha untuk membandingkan antara biaya yang digunakan oleh suatu alternative
dengan estimasi manfaatnya atau nilai Outcome-nya. Estimasi manfaat suatu
alternatif mengacu kepada nilai Outcome yang dihasilkan program yang dikerjakan
dengan memakai alternatif tersebut. Nilai Outcome suatu program dapat bersifat
kuantitatif, tetapi estimasi manfaat alternatif adalah atas dasar
pertimbangan-pertimbangan yang sudah tentu dapat saja diubah menjadi
kualitatif. Karena itu, analisis ini tidak selalu menuntut data yang bersifat
kuantitatif.
3) Analisis
kefisibilitasan Biaya; Bila analisis keefektifan biaya, analisis keuntungan
biaya, dan analisis kemanfaatan biaya sekolah dapat diukur melalui angka yaitu
biaya yang terendah atau rasionya masing-masing untuk mendapatkan alternafif
yang terbaik maka analisis kefisibilitasan biaya sekolah tidak dapat diukur
secara kuantitatif.Analisis ini hanya melihat apakah biaya yang dipakai oleh
alternative itu cukup atau tidak dihubungkan dengan dana yang tersedia .Bila
biaya alternative melebihi dana dan sumber-sumber pendidikan perguruan tinggi
islam lainnya, maka rencana itu tidak dapat dilaksanakan atau alternative itu
tidak fisibel.
Dengan
adanya perubahan paradigma dalam sistem finansial atau budget ini, maka
diharapkan sekolah mampu mandiri dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
lembaga, dan mengembangkan semangat enterpreneurship
(kewirausahaan), dan mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, agar
dalam hal pembiayaan, sekolah tidak terlalu terikat lagi dengan anggaran yang
diberikan oleh pemerintah bagi sekolah yang negeri, atau anggaran dari yayasan
dari sekolah yang swasta.